Apakah
kamu penggemar kucing? Kalau iya, kita samaan. Saya meyukai kucing, sangat suka
bahkan. Tingkahnya yang lucu, menggemaskan, dan kadang menyebalkan itu bisa
membuat mood saya membaik hanya dengan melihatnya.
Ucil dan dua anaknya |
Tapi, jujurnya, saya bukan tipe orang yang merawat full seperti anak sendiri, dikasih tempat spesial dalam rumah, atau bisa tidur seranjang bareng mereka. Saya suka kucing, tapi hanya sebatas memberi makan dan memberi belaian ketika mereka datang pada saya, wkwk.
Cerita
sedikit ya. Kucing di rumah saya ini bukan kucing mahalan, hanya kucing kampung
biasa yang tiba-tiba datang ketika saya pindah rumah waktu itu. Warnanya hitam
semua dengan sedikit putih di bagian kakinya.
Karena
selalu saya kasih makan, maka kucing itu terus datang lagi dan lagi. Gak
apa-apa deh, bisa jadi teman dan penjaga rumah dari binatang lain yang mungkin
saja membahayakan. Sampai sekarang, kucing hitam ini sudah beberapa kali melahirkan,
tapi anehnya, anak yang bertahan hingga sekarang hanya ada satu ekor. Namanya
Ucil.
Ucil
ini pun sudah beberapa kali melahirkan, dan mungkin sudah keturunan emaknya,
jadi hanya ada 2 ekor pula yang bertahan. Namanya Ruru dan Nuning. Nah, si Ruru
ini sekarang juga sudah melahirkan anaknya. Belum tahu akan bertahan berapa
ekor, hehe.
Dari
sekian banyak tingkah kucing, tentunya ada yang bisa membuat saya sedih dan
bahagia. Apa itu?
Tingkah Kucing Membuat Sedih
Kamu
tahu kan kalau kucing itu suka mendeteksi makanan yang ada di rumah kita? Nah,
begitu pun kucing yang ada di rumah saya. Kucing hitam yang sekarang sudah jadi
nenek buyut itu pun pernah membuat saya sedih sekaligus jengkel.
Lebaran
beberapa tahun lalu, saat saya baru saja menyelesaikan masakan rendang. Saya
taruh di mangkuk besar di atas lemari makan yang terbuka. Pas saya tinggal
sebentar dan balik lagi kesana, si kucing hitam sudah melahap sepotong daging
rendang yang dia ambil dari mangkuk besar itu. Uniknya, rendang dalam mangkuk
itu tidak berantakan sama sekali. Jadi mungkin si kucing ini hanya mengambil
sepotong di pinggir lalu dimakan di lantai.
Sedih
sih karena harus memasaknya kembali. Saya tahu ada sebagian orang yang bahkan
bisa makan sepiring berdua dengan kucing, tapi kalau saya ya harus dibuang di
bagian yang sekiranya sudah disentuh kucing itu.
Untungnya,
perbuatan nakal kucing hitam ini gak ditiru sama keturunan-keturunannya. Saya
ajarkan dari kecil kalau mereka mulai naik kursi atau meja, saya pukul
telinganya dan saya bilang ke mereka.
“Gak
boleh naik meja dan ambil makanan ya. Kan sudah dikasih makan sendiri.”
Ada
lagi tingkah kucing yang membuat saya sedih. Mencakar gorden jendela. Ya, ini
memang biasa dan sudah resiko apabila punya kucing yang aktif di rumah. Gorden
saya jadi korban, ya gorden ruang tamu, ya gorden jendela kamar juga. Sudahlah
dibuat ayunan, digigitin, dicakar-cakar, sampai dibuat tempat persembunyian
ketika saya ingin memarahi mereka.
Sesil dan Ruru masih kecil |
Jadi, jangan heran kalau gorden di rumah saya sudah gak mulus lagi. Masih mending sih gak sampai robek, hanya gores-gores dan ‘mbrudul’ (saya gak tahu istilah yang lebih Indonesia dari ini, haha).
Tingkah Kucing Membuat Bahagia
Tapi,
dari beberapa tingkah kucing yang membuat saya sedih itu, ada banyak yang bisa
membuat saya bahagia, bahkan tertawa karena lucunya.
Saya
menyukai tingkah lucu kucing ketika mereka mau bermain bersama saya. Ya
beginilah bagian hidup dari orang yang belum dikaruniai anak, mainnya sama
kucing, hehe. Ketika saya panggil namanya, mereka segera menghampiri, itulah
kebahagiaan kecil yang saya rasakan.
Ucil waktu masih kecil |
Saya merasa senang ketika saya pulang dari manapun, mereka akan menyambut saya sampai depan pintu. Lebih ke minta makan sih mungkin. Bahkan sering lho, saya dan suami mendapati si kucing hitam dan Ucil berlari beriringan dengan kami sampai depan pintu. Padahal mereka sedang entah dari mana, tiba-tiba saja muncul.
Baca juga : Bahagia Paling Sederhana
Kucing-kucing
ini juga sering mengantar suami saya ke masjid. Terutama si kucing hitam.
Ketika suami saya pergi ke masjid, dia mengikuti sampai pertengahan jalan,
menunggu hingga suami saya kembali. Serasa punya pengawal kan ya?
Walaupun
sebenarnya kucing-kucing saya itu nomaden, tapi kalau beberapa hari salah satu
dari mereka gak datang ke rumah, rasanya saya atau suami mencari-cari. Dan
ketika pada akhirnya kembali datang, saya sering ajak ngobrol mereka. Bertanya kabar
atau bertanya dari mana saja selama beberapa hari tidak pulang.
Mungkin
terdengar konyol ya ngobrol dengan kucing, tapi percayalah, kucing itu teman
ngobrol yang paling bisa diandalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah memberi komentar :)