04 Mei 2020

Ramadhan di Tengan Covid-19

BPN Challenge Day#15

“Kapan nih buka puasa bareng?”
“Aku mah ikut aja.”
“Saya juga ikut suara terbanyak.”
“Ya sudah atur aja kapan waktunya.”

Siapa nih yang kalau Ramadhan tiba, akan menjumpai obrolan panjang seperti itu? Dan berakhir tanpa ujung alias malah gak pernah terjadi tuh buka puasa bersama, hehe.

ramadhan di tengah covid19

Memang ya, Ramadhan itu banyak kesan menyenangkan dan serunya.  Dan kali ini alhamdulillah sudah masuk pertengahan puasa. Masih tetap semangat kan ya walaupun didera wabah Covid-19 ini. Tapi mau bagaimanapun, Ramadhan akan tetap tiba kan? Siap atau tak siap. Sehat atau sakit. Dalam keadaan senang atau sedih.

Tradisi Ramadhan Yang Hilang

Puasa tahun ini memang berbeda dengan puasa tahun-tahun kemarin. Sampai-sampai saya kadang merasa, apakah ini benar bulan Ramadhan?

Punggahan

Ini salah satu tradisi Ramadhan yang hilang tahun ini, setidaknya di tempat saya tinggal. Punggahan merupakan tradisi pengumpulan nasi berkat yang biasanya dilakukan di 1 hari sebelum Ramadhan tiba. Setelah terkumpul, nasi-nasi berkat ini akan didoakan bersama dan nantinya akan dibagikan kembali ke warga. Biasanya jadi bertukar nasi. Dan inilah serunya.

Rasanya senang saja mendapat nasi berkat dari punggahan ini. Meskipun lauk dan sayurnya sederhana, tapi rasanya berbeda. Lebih enak, mungkin karena terbawa perasaan senang menyambut bulan Ramadhan.

Karena tidak ada punggahan ini, saya bahkan hampir tidak menyadari kalau besoknya sudah puasa. Sepertinya kok Ramadhan datang secara tiba-tiba. Tapi, mau bagaimana lagi ya. Tetap dijalani saja.


Tarawih

Meskipun di beberapa mushola kecil di kampung masih mengadakan tarawih berjamaah, tetapi di masjid-masjid besar sudah ditiadakan. Padahal inilah solat yang paling khas dari Ramadhan dan menyemarakkan malam-malam Ramadhan.

Saya sendiri saja sudah tidak solat tarawih di masjid, dan hasilnya ya solat jamaah sendiri berdua dengan suami di rumah. Kalau ditanya berbeda, ya memang berbeda meskipun solatnya sama. Suasananya tidak ramai dong. Lha hanya berdua gimana mau ramai?

Saya pernah lihat ada beberapa mushola yang masih melaksanakan solat tarawih tapi, harus tetap memakai prosedur yang ketat. Misalnya memakai masker, cuci kaki dan tangan sebelum masuk masjid, membawa sajadah sendiri dari rumah, dan barisannya diberikan jarak sehingga tidak rapat seperti barisan solat biasanya.

Tadarus

Nah, tradisi yang satu ini juga perlahan hilang di tengah wabah covid yang melanda Ramadhan tahun ini. Biasanya, telinga kita pasti tidak asing dengan anak-anak yang mengaji pakai pengeras suara hampir sepanjang hari kecuali tengah malam hingga menjelang sahur. Tapi kali ini, tidak terdengar lagi. Pelarangan solat tarawih berjamaah di masjid, sepertinya otomatis menghilangkan tadarus ini juga.

Saya ingat betul waktu masih kecil dan harus tadarus di musola dekat rumah. Saya dan teman-teman selalu bersemangat untuk tadarus selepas tarawih karena akan ada makanan kecil yang diperebutkan bersama. Kue-kue ini dibawa oleh para jamaah tarawih dan memang disediakan untuk jamaah setelah tarawih dan untuk anak-anak setelah tadarus.

Kalau tadarus selepas subuh, kami juga masih semangat walaupun seringnya mengantuk. Tapi kebersamaan yang seperti ini yang dirindukan.


Buka Puasa Bersama

Nah, kalau tradisi yang ini sepertinya memang tidak akan diadakan lagi tahun ini. Lha, kumpul bersama saja sudah dilarang, apalagi mau kumpul buka puasa bersama juga. Jadi, hari-hari puasa tahun ini ya tanpa buka puasa bersama.

Tapi, walaupun gak bisa kumpul secara nyata, saya biasanya video call saja dengan adik-adik yang jauh dan tak bisa kumpul. Seru juga kok. Bahkan kami sering pamer-pameran menu buka puasa, hehe.

Yah, walaupun puasa tahun ini seperti kesepian, tapi semoga khidmat dan berkahnya tidak sampai sepi dari hari-hari kita. Kalau kamu, apa nih pengalaman puasa di tahun ini? Cerita ya di kolom komentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah memberi komentar :)