21 Januari 2013

Belitang dan Balong-Balong


Horeee... jalan-jalan lagi. Kali ini ke Belitang, tepatnya di desa Yosowinangun BK 11 OKU Timur. Baru pertama kali kesini dalam rangka nganter ade yang sudah punya keluarga kecil.

Perjalanan dimulai malam hari sekitar pukul 21.30 dengan mobil teman. Belum ada yang bisa dilihat dalam perjalanan malam karena gelap dan ngantuk. Sebagian juga memang sudah pernah kulewati waktu perjalanan Palembang-Lampung. Tapi kali ini, kami melewati jalan Raya Lintas Tengah, yang melewati Kotabumi, Bukit Kemuning, kemudian Martapura, dan sampailah ke Belitang. Perjalanan yang lumayan melelahkan, khususnya bagi sang supir yang rela gak tidur semalaman untuk mengantarkan kami sampai kesana, hehe.

Sampai di Belitang, hari masih sangat pagi sekitar pukul 04 dini hari. Karena kondisi sudah lapar, maka kami mampir dulu di warung kecil pinggir jalan (sudah muter-muter cari tempat yang agak enakan, tapi gak ketemu, sebagian belum buka atau malah habis sekalian). Aku cuma makan semangkuk mi instan pake telur karena belum nafsu makan nasi. Setelah perut terisi, kami kembali menelusuri jalan yang masih gelap menuju rumah keluarga ade ipar. Ternyata gak jauh dari tempat kami makan.

Subuh merayap perlahan hingga terang. Ngantuk dan cape ternyata lebih menguasai kami, jadilah kami istirahat dan belum bisa keliling lihat-lihat suasana sana.

Mancing Mania
Mancing Mania, haha

Sebenarnya, suasana disana tidak jauh berbeda dengan suasana di kampungku. Gaya bangunan rumah masih sama, tapi yang sangat berbeda adalah pemandangan diluar rumah. Sepanjang perjalanan, hampir di setiap rumah memiliki kolam besar tempat beternak berbagai macam ikan, atau kalau sebutan disana adalah ‘Balong’. Luasnya cukup buat aku ternganga. Kalau ada lomba renang disana, kayaknya bisa deh, hehe.

Sebagian besar, balong-balong disana diisi dengan ikan bawal, nila, dan mas. Saking melimpahnya, warga disana sampai bilang sudah gak doyan lagi sama ikan. Hm, kalau aku sih memang jagonya makan masakan ikan, hehe. Tergiur dengan ajakan keluarga disana untuk memancing, ibu pun coba-coba deh mancing. Umpannya? Cuma sepotong kue apem! Wah, ikan sana doyan juga ya kue legendaris gitu hehe.

Tapi, namanya juga newcomer di dunia pemancingan, ibu Cuma berhasil menarik seekor ikan kecil. Gak apa lah J

Balong Ikan
Balong dan Sawah

Di samping balong jumbo, ada pemandangan yang menyejukkan mata. Hamparan sawah hijau nan sejuk menyergap kami, juga masih ada balong lain yang lebih besar lagi. Rasanya benar-benar ada di pedesaan seperti syair lagu anak-anak jaman dulu. Rasanya kalau gak mengabadikan pemandangan ini, bakal rugi deh. Belum tentu bisa kesini lagi dengan momen yang sama kan?


Setelah puas menyegarkan mata dengan pemandangan alam, kami pulang. Rupanya ibu masih pengen jalan-jalan ke tempat yang sekiranya bisa dapat oleh-oleh untuk orang di rumah. Secara, ada dua ade yang ditinggal di rumah. Namanya ibu-ibu, maka yang dicari adalah pasar. Tersebutlah pasar Gumawang, gak terlalu jauh dari rumah. Maka, berangkatlah kami kesana. Sebenarnya, aku agak malas pergi ke pasar. Dalam pikiranku, dimana-mana pasar itu sama aja. Mungkin yang berbeda adalah bahasa lokal dan harganya. Tapi ya ikut saja deh, hitung-hitung jadi tau daerah sana juga.

Umang-Umang Belitang
Umang-Umang Belitang

Sampai pasar, nemu si umang-umang imut yang dilukis karakter kartun dan dikasih rumah-rumahan dari plastik mika. Lucu deh! Dengan harga Rp 10.000,- sudah dapat 3 ekor umang-umang plus rumah plastiknya. Tapi sayang, dalam perjalan pulang, si umang-umang mati. Entah kenapa, padahal sudah dikasih makan lho. Mungkin mabok darat kali ya karena jalan Belitang-Lampung yang kami lewati lumayan banyak lubang-lubangnya.

Suasana sendu sangat terasa ketika kami akan pulang kembali ke Lampung tanpa keluarga kecil (adik perempuanku, suaminya, dan si kecil Aim). Apalagi ibu, air matanya seperti hujan yang turun sore itu. Melankolis banget deh!

Pulang, melewati rute yang sama tapi dengan suasana  berbeda. Kali ini masih bisa kelihatan tempat semalam yang kami lewati. Tugu BK 11 jelas terpampang saat kami keluar dari gangnya. Nama BK 11 ternyata adalah kepanjangan dari Bendungan Komering. Angka 11 didapat dari urutan bendungan. Dari informasi yang kudapat, ada sekitar 30 bendungan disana. Jarak antara 1 bendungan ke bendungan lainnya lumayan jauh, jadi aku bisa bayangkan betapa luasnya bendungan ini.

Keluarga di Belitang
Keluarga di Belitang

Uti dan Cucu
Uti dan Cucu

Hm, kapan-kapan lagi deh kesana J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah memberi komentar :)