Hei! Halo!
Lama tak jumpa ya! Gokil sih, mau nulis tentang kelahiran si bayi, tertundanya sampai tujuh bulan, haha. Gak apa-apa lah ya. Dimaklumi aja karena memang masih jadi ibu baru yang belum bisa terlalu rapi untuk atur waktu. Masih terlalu kaget dengan kebiasaan yang benar-benar baru.
My tiny cutie |
Jujurnya, ini juga nulis disempatkan malam hari pas si bayi sudah tidur. Fyi, si bayi sudah teratur tidurnya, alhamdulillah. Sudah bisa diperkirakan dia akan tidur jam berapa aja dan dengan durasi berapa lama. Walaupun kadang gak persis sama.
Jujur yang kedua, dalam pikiran saya tuh banyak banget yang pengen dituangkan ke tulisan ini. Sampai bingung sih mau yang mana duluan, wkwk. Masih semangat banget dan balik lagi ke niatan awal untuk sekedar berbagi cerita. Kalau dirasa bosan ya skip aja gak apa-apa.
Baiklah, kali ini cerita waktu akikah si bayi dulu aja ya.
Jadi, sebelum saya punya anak, saya tuh punya semacam akikah dream (sebutan lain yang setara dengan wedding dream, haha). Saya pengen banget ada acara marhabanan. Jadi si bayi didoakan dan dicukur rambutnya oleh undangan yang hadir. Gak semua undangan sih, hanya beberapa orang yang dianggap tokoh dan dituakan. Cukur rambut secara simbolis ini juga diiringi dengan tabuhan rebana dan pembacaan Barzanzi.
Pembacaan Al Barzanzi dan doa |
Tapi, sebelum acara marhabanan berlangsung, si bayi harus punya nama dulu dong. Disinilah saya sebagai ibu baru agak galau perihal nama. Kalau ada yang bilang, apalah arti sebuah nama, bagi saya dan keluarga, kalimat itu gak berlaku. Sebuah nama itu penting karena dengan nama itulah si bayi akan dipanggil setiap harinya. Juga, dengan nama itulah terselip doa dan harapan.
Jujur lagi, sebenarnya saya ini suka banget ngumpulin nama-nama yang kedengeran bagus ketika diucapkan, unik, baik artinya, dan mudah dilafalkan. Percaya gak kalau saya pernah buat deretan nama dari jaman saya SMP? Haha. Tapi waktu itu, ya nama-nama yang saya anggap keren dan modern. Kalau mau dipakai sekarang, kayaknya ditolak mentah-mentah oleh saya sendiri.
Sebelum punya bayi pun, saya suka iseng nulis deretan nama-nama beserta artinya. Tapi ternyata setelah punya anak beneran dan disuruh ngasih nama, malah bingung sendiri. Oh iya, suami malah menyerahkan urusan nama ini ke saya. Lha? Jadi, berhari-hari saya cari ide nama anak perempuan beserta artinya. Kebanyakan malah ribet nulisnya dan susah dilafalkan, khususnya orang yang sudah agak tua.
Prinsip saya dalam pemberian nama ini adalah, harus punya arti yang baik. Pakai bahasa apapun, saya pribadi gak masalah. Gak harus dari bahasa Arab atau turunannya. Malah sebenarnya saya pengen ngasih nama dengan unsur Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa karena saya dan suami sama-sama orang Jawa.
Jadi, saya tulis beberapa pilihan nama. Lalu lanjut konsul ke Abah untuk tanya artinya dan kira-kira baiknya bagaimana. Setelah diskusi beberapa lama, akhirnya diputuskan satu nama untuk si bayi.
Azkia Wafa Aulia.
Sebuah nama yang kami sematkan sebagai doa dan harapan. Bahwa dia bisa menjadi sahabat yang bersih hati dan jiwanya serta selalu berkecukupan.
Perihal nama Azkia ini, memang sudah saya pakai sejak lama, bahkan sejak saya masih kuliah semester awal pula. Entah ya, suka aja gitu sama nama ini. Dari alamat email, alamat blog ini, sampai ke nama usaha yang saya geluti, pakai nama ini. Gak heran sih ada beberapa saudara dan teman yang sudah memprediksi kalau saya punya anak, namanya pasti Azkia, wkwk.
Perihal kedua dari Azkia ini adalah, awalnya saya agak bingung antara Azkia dengan Adzkia. Mana yang benar dan apa artinya. Beruntungnya punya Abah yang ngerti bahasa Arab. Kalau Azkia itu bersih, sedangkan Adzkia itu pandai. Baru ngeh deh.
Nama sudah ada, tinggal eksekusi acaranya. Nah, orangtua saya, terutama ibu ingin agar acaranya diadakan di rumah mereka. Biar luas tempatnya gitu, dan gak riweh masak segala macamnya. Saya manut aja lah, mengingat kondisi juga sepertinya gak memungkinkan di rumah kami sendiri.
Alhamdulillah, apa yang jadi keinginan saya bisa diwujudkan. Bahkan melebihi ekspektasi saya. Acara marhabanan diiringi pembacaan sholawat dan Barzanzi, pakai rebana lagi!
Persiapan dekorasi yang mendadak |
Ketika si bayi mulai dibawa untuk dicukur rambutnya, mata saya mulai hangat, berkaca-kaca dan akhirnya air mata turun dengan sendirinya. Si bayi, yang digendong suami saya adalah anak saya. Anak yang sudah kami tunggu selama 7 tahun pernikahan.
Sampai acara selesai, saya gak bisa berkata-kata. Terharu bercampur syukur tak terhingga. Segala sedih, penantian, dan kata-kata yang menyakitkan, terobati sudah. Alhamdulillah.
Baca juga : Kado Terindah di Tahun ke 8 Pernikahan
OOO
Untuk sesi foto, saya gak bisa banyak bergerak dan ambil gambar. Untungnya ada saudara yang siap sedia dengan kamera ponselnya, hihi. Tapi ya lagi-lagi, karena waktu itu lagi gak konsen pegang ponsel sementara foto-foto dikirim lewat WA, alhasil baru mau diunduh sudah hilang karena saking lamanya *tepok jidat.
Ya sudahlah, ambil sisa-sisa yang ada aja.
Sayangnya gak semua keluarga bisa kumpul |
Dahlah, si bayik sudah terlelap dan sepertinya saya juga harus terlelap untuk mempersiapkan energi lagi. See u next time dengan cerita yang mungkin masih sama temanya. Jangan lupa bersyukur dan jangan lupa bahagia ya!
MasyaAllah, tabaarokallah. Semoga bahagia selalu menyertaimu mbak. Sehat2 juga semuanya. Aamiin
BalasHapusMasya Allah.. Tabarakallah.. Selamat ya, Mba atas bidadari kecilnya yg cantik.
BalasHapusSama ih sama saya.. Senang ngumpulin nama. Saya selalu milih nama2 yang artinya sholeh/sholehah dan pintar.
Kalau saya punya anak perempuan, saya pilih yg adzkya tuh mba.. Dr nama pilihan mba.. Hahaha..
Memang seru moment2 punya kasih nama anak yaa..
MasyaAllah, saya sangat menikmati cerita tentang bayi ini. Semoga menjadi anak yang solihah ya Mba Lia. Dan semoga membawa berkah untuk Mba Lia sekeluarga.
BalasHapusMasya Allah barokallah, jadi kangen zaman anak-anak kecil dan acara aqikahan menjadi ajang bersyukur karena dikaruniakan bayi yang sehat.
BalasHapusAlhamdulillah , akhirnya yg dinanti2 dtg jua ya lia , semoga sehat dan jd anak yg sholeha
BalasHapus