21 Mei 2022

Idul Fitri Pasca Pandemi 2022

Halo semuanya!

Apa kabar? Ternyata sudah 20 hari ya saya belum posting tulisan lagi. Eh iya, selamat hari raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin kalau selama ini saya ada posting yang sekiranya menyinggung perasaan kamu semua.

Idul Fitri 2022

Lebaran tahun ini luar biasa, alhamdulillah. Bersemangat dan sampai saya baru sempat nulis setelah dua mingguan. Sibuk? Iya beneran. Tahun ini Ramadhan tuh seperti cepat sekali berlalu. Padahal serasa baru kemarin bersiap mau masak untuk sahur dan buka puasa hari pertama, eh kok tetiba sudah dekat lebaran aja. Nah, keseruan apa yang terjadi tahun ini? Lanjut ya bacanya!

Berkumpul Setelah 2 Tahun

Alhamdulillah, pemerintah kita sudah mengizinkan warganya untuk mudik di lebaran tahun ini. Jadi adik-adik saya yang tinggalnya sudah di seberang-seberang sana bisa berkumpul lengkap. Mereka sudah sampai di rumah orang tua saya 4 hari sebelum lebaran. Jadi masih sempat untuk buka puasa bareng juga.

Dan seperti kebanyakan rumah kampung pada umumnya kalau keluarga sedang berkumpul, rumah orang tua saya juga jadi penuh. Untungnya sebelum mereka datang, saya dan ibu berinisiatif untuk sedikit beberesan kamar biar agak legaan kalau ada beberapa koper yang parkir disana.

Kamar tidur yang biasanya bersisa dan kosong, kemarin berpenghuni semua, bahkan ada yang sampai tidur di ruang keluarga. Jadi, kalau sudah menjelang waktu tidur, siap-siap aja mengkapling ruangan sendiri-sendiri, haha.

Itu mengingatkan saya tentang keadaan rumah almarhum mbah buyut waktu saya masih kecil. Kalau lebaran dan kumpul semua, saya dan beberapa anggota keluarga juga menggelar karpet untuk tidur di ruang tamu dan ruang keluarga. Berjejer seperti ikan asin sedang dijemur. Semenjak mbah buyut meninggal, sepertinya sudah tidak ada lagi acara gelar-gelaran tidur begitu karena tidak semua anaknya mudik lagi. Nyatanya, ini jadi kenangan indah sampai sekarang.

Sebelum lebaran tiba, ibu juga bersemangat sekali untuk buat kue-kue kering. Dua tahun lalu, paling hanya beli beberapa macam dan sedikit karena memang tahu anak-anaknya gak akan boleh mudik dan gak bisa kumpul pas lebaran. Tahun ini, tampaknya pembalasan dendam ibu. Buat kue lumayan banyak dan beberapa macam dengan alasan agar bisa dibagi-bagi pas kembali ke rumah masing-masing.

Baca juga : Segubal, Kuliner Khas Lampung Saat Lebaran

Dan memang begitu. Saat adik-adik saya kembali ke tempat masing-masing, mereka dibawakan ibu kue-kue lebaran yang kemarin dibuat. Saya juga sih. Bedanya, saya bawa toples sendiri aja dari rumah, biar gak rempong mindahin kue lagi dari plastik ke toples. Yah, hitung-hitung go green lah, mengurangi sampah plastik, hehe.

Malam Takbiran Ramai

Malam hari menjelang Idul Fitri adalah malam yang ramai di kampung. Dulu sewaktu saya masih kecil, saya dan adik-adik akan bersemangat minta dibuatkan obor dari bambu atau batang daun pepaya. Tujuannya sebagai penerangan sewaktu takbir keliling kampung bersama warga lain.

Seiring waktu, obor api itu dirasa agak berbahaya kalau sudah terlalu banyak yang membawa. Apalagi kalau yang bawa anak-anak kecil, jalannya kemana, arah mata kemana, obornya juga kemana. Makanya sekarang diganti dengan lampu stik berwarna warni yang pastinya akan membuat anak-anak senang dan tentunya lebih aman.

Malam takbiran tahun ini juga berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang sepi. Kemarin saya dan keluarga menunggu arakan takbir lewat depan rumah. Sengaja gak ikut arakannya karena sepertinya keasikan ngobrol di rumah sambil beberesan.

Malam takbiran
Arakan takbiran

Saya selalu menunggu moment seperti ini. Masih di kampung, jadi masih ramai dan semarak. Saya juga selalu suka dengan dekorasi yang dibuat anak-anak Risma. Membuat arakan takbir semakin ramai dan meriah.

Berbeda suasananya kalau saya bermalam di rumah mertua. Disana, tidak ada arakan takbir seramai disini. Pun tidak ada dekorasinya. Itu yang saya tahu selama enam tahun menikah dan beberapa kali menginap di rumah mertua saat malam Idul Fitri.

Silaturahmi Keroyokan

Selama dua tahun kemarin, memang lebaran benar-benar terbatas dan tidak bisa saling kunjung dengan bebas. Kalaupun ada yang berkunjung, paling hanya tetangga kanan kiri dan saudara yang dekat rumah saja.

Tahun ini sepertinya pembalasan dendamnya, hehe. Rumah orangtua saya ramai di hari lebaran, tidak saja di hari pertama, tapi juga sampai semingguan masih ada kerabat yang silaturahmi. Bisa jadi juga karena memang ada mbah yang tinggal di rumah orangtua saya. Jadi, saudara dan tetangga yang akan menjenguk mbah, ya pasti datang ke rumah.

Silaturahmi lebaran
Saudara bersilaturahmi

Untungnya, situasi seperti ini sudah diprediksi dan karenanya kami sudah mengatur ulang letak kursi dan beberapa perabot di rumah agar lebih luas. Seperti beberapa tahun yang lalu, kebiasaan kami untuk menata ulang ruangan kembali lagi. Kali ini lemari buku yang awalnya berdiri sebagai penyekat ruang tengah, kami geser ke dinding. Jadi, ruang tengah terasa lega karena tanpa pembatas.

Kami juga menyusun beberapa karpet di ruang tamu dan ruang keluarga. Dengan begini, tamu-tamu yang datang pun akan bisa lebih lama duduk karena tidak merasa harus bergantian tempat duduk. Dan memang terbukti sih, tamu yang banyak bisa muat semua dan ngobrol dengan asik.

Saya dan suami sholat Idul Fitri di masjid tempat tinggal orang tua saya. Setelahnya, kami menghabiskan sepanjang hari di rumah karena memang tamu yang datang silih berganti. Baru pada sore hari, berangkat ke rumah mertua.

Gak bisa dipungkiri sih memang, suasana di rumah Mamak agak berbeda. Tamu yang datang tidak sebanyak tamu yang ada di rumah orangtua saya. Mungkin tradisi di kota dan kampung berbeda. Kalau di kota, saling kunjung hanya dari pagi hingga siang menjelang sore. Setelahnya, paling hanya saudara saja.

Baju Lebaran Yang Tertunda

Lebaran tahun lalu, saya dan adik perempuan sepakat untuk punya seragam lebaran yang sama atau paling tidak senada warnanya. Sudah sempat dipesan dan dikirim ke alamat rumah adik, ternyata malah gak boleh mudik. Jadi baju seragam lebaran itu mangkrak setahun lamanya. Cerita versi lengkap ada di link ini ya.

Baca juga : Sepenggal Cerita Lebaran 2021

Tahun ini, kami sepakat untuk mewujudkan keinginan yang sempat tertunda tahun lalu. Beruntungnya kami juga bisa berkumpul semua. Memang ya takdir Allah itu gak akan pernah mengecewakan asal kita tetap berbaik sangka.

Sebaliknya, dari keluarga suami sepertinya gak ada kesepakatan mau pakai baju warna apa. Mungkin karena tidak bisa kumpul bersama dalam satu waktu juga. Gantian sih ya. Agak merasa ada yang kurang sih karena gak ada keseruan diskusi panjang para wanita untuk menentukan warna baju seragam, hehe. Tapi dibawa senang aja deh.

Terakhir, bonus foto dong. Alhamdulillah bisa kumpul semua anak abah dan ibu. Tapi sayangnya, gak ada foto keluarga dari pihak suami. Gimana mau foto bareng, saya kesana pun sudah pada berpencar haha.

Idul Fitri 2022
Keluarga lengkap

3 Bidadari
Mau foto bertiga ya diganggu terus

3 Bidadari
Akhirnya gak ada foto bertiga

Before after
2007 vs 2022

*Foto terakhir ini sudah lama pengen dibuat. Niatnya untuk seru-seruan aja sih. Dulu pernah foto di tempat yang sama, bedanya cuma usia dan yang paling mencolok sih adek bungsu. Kalau dulu dia masih bisa berdiri di depan saya dengan tubuhnya yang mungil, sekarang harus berdiri dengan lutut ditekuk biar saya gak ketutupan, haha.

Baiklah, sepertinya sekian cerita lebaran 2022 dari saya. Mohon maaf lahir dan batin ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah memberi komentar :)