11 Mei 2021

Kita Pernah Gagal, Bukan?

Tidak apa-apa kalau kamu merasa kecewa karena kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Tidak apa-apa. Tapi kecewa juga tidak akan membuatmu merasa lebih baik keesokan harinya.

Kita semua pernah gagal, bukan? Dalam satu hal, beberapa mungkin, atau bahkan seringkali? Saya juga pernah kok. Sepanjang hidup saya selama ini, saya mengalami banyak kegagalan yang kadang membuat saya merasa berada di titik terendah dalam hidup.

Pernah Gagal

Saya pernah gagal masuk pendidikan kesehatan yang berakhir terjerumus di jurusan yang tidak sepenuhnya salah tapi tidak juga membuat saya menjadi mahasiswa berprestasi. Saya pernah gagal bekerja sesuai bidang pendidikan dan berkecimpung di dunia kerja yang sama sekali belum pernah saya pahami.

Tapi dari sanalah saya belajar memahami bagaimana Allah mengatur kehidupan saya. Saya yang punya keinginan dan rencana, tapi Allah yang mengeksekusinya. Sama sekali tidak ada dalam rencana bahwa saya akan tinggal jauh dari orang tua dan tak bisa semiggu atau sebulan sekali pulang ke rumah.

Dan tahukah kamu? Dari sana juga kehidupan saya berlanjut. Tidak ada yang salah selama saya menjalaninya. Saya bisa bertemu dengan banyak orang baru yang jelas-jelas berbeda latar belakang pendidikan dan budayanya. Juga, saya bertemu dengan seseorang yang salah, yang pada akhirnya membawa saya pada orang tepat.

Dari sana juga saya menemukan banyak hal yang membuat saya sadar, bahwa kehidupa itu ya sejatinya memang terus belajar. Mempelajari banyak hal seperti balita yang mulanya belajar merangkak, kemudian melangkah perlahan lalu bisa berlari. Tersandung batu itu biasa, tapi untuk bisa bangun lagi itu yang butuh niat lagi.

Terkadang, kita memang menyalahkan diri sendiri atas langkah yang menurut kita salah. Seharusnya saya tidak begini dulu. Seharusnya saya tidak bertemu dia. Seharusnya saya abaikan saja semua. Seharusnya, seharusnya, dan seharusnya. Tapi toh, kita tetap berjalan kan? Meski kadang merasa berjalan di tempat dan belum bisa beralih pada hal lain.

Mungkin, untuk pertama kalinya kita membenci diri sendiri. Kenapa harus berjalan kesana? Kenapa harus melakukan itu? Kenapa tidak menahan diri? Kenapa, kenapa, dan kenapa lagi. Saya juga pernah berada di titik itu. Membenci diri sendiri melebihi kebencian saya pada apapun yang membuat saya merasa gagal.

Tapi nyatanya, membenci diri sendiri itu membuat merana. Maka, satu-satunya jalan ya memaafkan diri sendiri dulu. Tak apa. Kita semua pernah gagal. Kita semua pernah menempuh jalan yang salah. Tapi dari sana kita juga jadi punya pengalaman yang berharga. Tidak menjadi keledai yang jatuh pada lubang kesalahan yang sama. Kita belajar untuk menjadi lebih berani. Kita belajar untuk jadi lebih menghargai hidup.

Baca juga : Ujian dan Kadar Keimanan

Tanpa disadari, ternyata kita memang sudah melewati banyak hal yang membuat kita pernah sakit. Kita sudah melewati banyak hal yang membuat kita pernah gagal dan terluka. Maka, kalau sekarang kita merasa berhenti di satu titik, percayalah, itu adalah penentu langkah kita selanjutnya untuk menaiki kehidupan yang lebih tinggi lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah memberi komentar :)