28 November 2020

Plis, Jangan Rusak Kebahagiaan Orang Lain

Setiap orang punya kebahagiaannya sendiri-sendiri. Jangan pernah memaksa orang lain bahagia dengan cara yang sama dengan kita. Bahagia menurut kita, belum tentu bahagia untuk orang lain. Pun sama, bahagia menurut orang lain, belum tentu bahagia juga untuk kita. Setuju kan?

Ada yang menganjal dalam kepala saya sebelum menulis tentang ini. Rasanya aneh saja dengan orang lain yang selalu harus memaksakan keadaan yang sama. Ironisnya, keadaan ini akan terus berlanjut hingga tak tahu sampai mana ujungnya.

Quotes Bahagia

Misalnya, saat seseorang belum atau tidak bekerja selepas kuliah. Ada saja mulut nyinyir yang bilang dengan nada menyudutkan. Untuk apa ijazahnya kalau gak kerja? Kuliah jurusan apa, kerja di bagian apa, gak nyambung. Untuk apa keluar biaya banyak kalau ijazahnya Cuma disimpan? Dan sederet untuk apa untuk apa lainnya. Padahal yang menjalankan juga bukan dia. Dulu juga yang ngeluarin biaya juga bukan dia.

Apalagi kalau yang punya ijazah itu perempuan. Untuk apa punya ijazah, sekolah tinggi-tinggi, kalau akhirnya juga Cuma di rumah, ngurus suami sama anak-anak. Hello! Ngurus suami dan anak-anak juga butuh keterampilan dan pengetahuan kali. Apalagi kalau sudah punya anak yang notabene fitrahnya adalah mengikuti dan banyak ingin tahu. Segala hal ditanya. Kalau gak ada pengetahuan, mau jawab gimana, mak?

Lanjut kalau sudah sedikit berumur tapi belum menikah. Pertanyaannya pasti akan terus mengikuti kemanapun, sudah mirip bayangan di waktu pagi dan sore. Nih, saya greget banget banget kalau ada orang tanya macam begini. Saya kasih jawabannya aja.

Nunggu apa kok gak nikah-nikah? Nunggu jodoh lah, masa nunggu kamu sakit tumor lidah? Ups!

Gak usah pilih-pilih lah, kalau sudah ada mah langsung nikah aja. Lha, mau beli baju yang dipake aja pilih-pilih, apalagi cari pasangan hidup, harus pilih yang baik dong ya.

Kapan nih nikahnya, sudah gak sabar lihat kamu jadi raja/ratu sehari. Biasanya yang suka ngomong gini, pas kita kasih undangan nikah, dia gak dateng dengan berbagai alasan. Apa coba maksudnya?

Eh itu sudah nikah lho, kamu kapan nyusul? Tanya balik aja, si ono sudah wafat lho, kamu kapan nyusul juga? Wkwkwk.

Plis, jodoh itu bukan perkara main-main yang bisa dicari di pasar, ketemu, langsung beli dan pakai. Jodoh itu rahasia dari Tuhan. Gak usah maksa-maksa orang yang belum ketemu jodohnya untuk cepet-cepet nikah. Nanti juga ada waktu dimana dia akan dipertemukan dengan orang terbaik.

Baca juga : Allah Pasti Punya Rahasia

Barusan nikah dan posting keseruan pacaran halal yang sedikit romantis ala-ala gitu, dicibirin lagi. Pengantin baru, maklum, belum tau dia rasanya gas sama beras abis bareng. Nah! Namanya juga baru dipasangin, ya wajar lah bahagia serasa dunia milik berdua. Ikut bahagia aja kenapa? Nanti juga ada waktunya mereka mulai adu pendapat, pertengkaran kecil, ya bumbu-bumbu dalam rumah tangga. Sekarang masih manis-manisnya, gak apa-apa. Kenapa situ yang rempong ya?

Kayak gak pernah jadi pengantin baru aja dulu. Atau jangan-jangan memang dulu gak ngerasa manis ya? Hehe.

Giliran sudah nikah, baru berapa bulan sudah langsung ditanya hamil. Duh, ganti topik kenapa? Gak bisa lihat orang santai ya? Apalagi kalau sudah bertahun-tahun nikah tapi belum hamil juga. Julidnya orang bisa makin meningkat. Setiap hadir di perkumpulan teman atau keluarga, sudah bisa dipastikan serasa jadi bintang tamu yang ditunggu untuk ditanya-tanya.

Kok gak hamil-hamil? Gak mau punya anak tah? Nanti siapa yang ngurusin kalau gak punya anak? Sudah cek ke dokter belum? Pijat ini gih, olahraga itu dong, minum ini, minum itu.

Oh, plis! Urusan jodoh aja rahasia, apalagi urusan anak yang orang lain tuh gak bisa turut andil. Mungkin kalau belum menikah, bisa lah ikhtiar dikenalin-dikenalin. Kalau urusan hamil? Yang buat kan Tuhan ya, manusia mana bisa menciptakan manusia dalam rahim? Lagipula, sebagian besar pasangan yang sudah menikah lama dan belum dikaruniai anak, pasti sudah berusaha.

Gak usah lagi menambah beban dengan pertanyaan yang sudah tahu jawabannya. Gak usah lagi membuat mereka pasang topeng ramah dengan menyuruhnya untuk ke sana sini. Mereka sudah lakukan itu tanpa sepengetahuanmu. Yakinlah.

Baca juga : Hati-Hati Mengkritik Orang

Urusan bahagia atau gak bahagia karena anak ini juga tergantung individu masing-masing. Jangan menyamakan bahagia sudah punya anak dengan bahagia orang yang belum dikaruniai anak. Gak sama!

Mungkin banyak orang yang mencibir macam ini. Iyalah rumahnya rapi, orang gak ada anak kecil. Lha iya bener. Inilah salah satu hikmahnya belum punya anak, rumah bisa hampir selalu rapih, cling! Iyalah bisa bangun agak siang karena gak ada yang rewel. Iyalah bisa jalan-jalan terus berdua gak diganggu anak. Benar. Itu semua ada hikmahnya.

Begitupun sebaliknya. Giliran baru punya anak setahun dua tahun, trus hamil lagi, masih juga dicibirin. Ih, sudah hamil lagi? Gak KB tah? Ngebet amat mau punya anak banyak? Duh! Tolong ini mah, ikutlah berbahagia dengan kebahagiaan orang lain. Bisa jadi, karena omongan itu, perempuan yang seharusnya bahagia, sukacita atas karunia anak ke sekian itu, jadi berfikir ulang. Jadi gak ridho dengan pemberian-Nya lagi. Jadi mengeluh kok hamil lagi.

Jadi, yuk belajar menjaga lidah kita untuk tidak merespon apapun di sekitar kita yang dirasa akan membuat penyakit hati. Setiap takdir kita itu baik. Mau belum nikah di usia yang sudah cukup, mau sudah nikah di usia muda, mau belum hamil padahal nikahnya tahunan, mau hamil terus padahal anak masih kecil-kecil, apapun itu. Jangan merusak suatu pertemuan bahagia dengan satu pertanyaan menyudutkan.

Doakan saja yang terbaik, karena doa yang baik itu akan kembali pada yang mendoakannya.

Ps.

Maaf ya kalau agak terasa agak menggebu-gebu di beberapa bagian, hihi. Efek sudah lelah mendengar nyinyiran orang-orang, ups!

9 komentar:

  1. sama kak aku juga ikutan gemes jadinya!! Semua orang itu berbeda beda. Nggak bisa disamain. Apalagi bahagia mereka juga. Ya udah, mereka bahagia kita ikut bahagia apa susahnya yak xd

    BalasHapus
    Balasan
    1. @ichaasa, bener betul serarus! Hehe.. makasih mba dukungannya 🤭🤭🤭

      Hapus
  2. Mbaak, aku tau rasanya gimana menggebu-gebu berkomentar akan suatu hal yg udah gondoookkk banget buat dikomentarin🤣 aku bisa merasakan kemarahannya, sebab lingkungan seperti ini udh biasa dialami hampir semua orang di Indo ya kayaknya.

    Sejujurnya aku sedih lihat society yg masih kayak begini, sebetulnya antara mereka memang kepo, peduli, atau dendam agar orang lain bisa melalui hal-hal yang mereka juga lalui. Makanya nyuruh nikah cepet, biar kita bisa tau lika lika liku kehidupan rumah tangga gimana, *agak suudzon sih ya (abisnya wis kesel bukan main ya mbak😂). Terkadang yg menjadikan hidup ini perlombaan dengan orang lain itu ya manusia itu sendiri sebetulnya. Apa-apa harus sama. Apa-apa harus sesuai dengan social construct yang tanpa sadar mereka sendiri yg menjerumuskan diri. Padahal hidup masing-masing org ya milik mereka sendiri, itulah kenapa setiap orang harus sadar akan batasan dan privasi, biar nggak kelewat batas kayak begini. Segala pencapaian hidup harus ditanyain😅 lah wong Tuhan aja nggak segitunya nuntut kita, kecuali satu, nggak lupa dengan kewajiban-kewajiban.

    Buat kita yg udah tau² gini memang jadi PR berat, sih. Harus tebal kuping dan jauh² deh dari yg bisanya memberi dampak negatif untuk diri😒. Eniwey, salam kenal ya mbak! Senang baca tulisannya😍

    BalasHapus
  3. @JustAwl
    Bener mba, padahal urusan hidup itu masing2 ya walaupun memang terkadang kita juga gak bisa hidup tanpa benar2 cuek atas keadaan sekitar. Makasih ya mba sudah berkunjung. Komentar mba juga mantap! hehe

    BalasHapus
  4. Mausia selalu dikejar-kejar dengan pertanyaan "kapan" ya kak... Yang ini udah, gantian ditanya lha itu kapan? Begitu terus gak habis-habis...

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Sekar Anindya
      Iya pertanyaannya gak habis2, dan orang yang tanya juga gak cape2 hehe

      Hapus
  5. Jadi pengingat. Terimakasih kak ^•^

    BalasHapus
  6. Begitupun sebaliknya. Giliran baru punya anak setahun dua tahun, trus hamil lagi, masih juga dicibirin. Ih, sudah hamil lagi? Gak KB tah? Ngebet amat mau punya anak banyak? Duh! Tolong ini mah, ikutlah berbahagia dengan kebahagiaan orang lain. Bisa jadi, karena omongan itu, perempuan yang seharusnya bahagia, sukacita atas karunia anak ke sekian itu, jadi berfikir ulang. Jadi gak ridho dengan pemberian-Nya lagi. Jadi mengeluh kok hamil lagi.

    Suka bagian ini, Lia. Aku ngalamin, sempet down saat ada yg bilang aku hamil lagi. Kalau ditanya KB atau gak, aku KB dan kami bukan keluarga anti KB. Sampai kadang emang sampe menyalahkan diri sendiri dan merasa apa aku sanggup, jadi galau. Padahal emang ada ranah yg diluar rencana atau kendali kita. Makasih ya sudah mau menulis dan berbagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener kan ummu khaira.. bisa jd omongan kita ini buat orang lain gak ridho dengan takdirnya..

      Hapus

Terimakasih sudah memberi komentar :)