Cerita Lebaran Part #1
Waaah sudah lebaran ya? Selamat Idul Fitri yaaaa! Taqobbalallahu minna waminkum. Semoga Allah menerima puasa kita semua dan menjadikan kita diri yang lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang. Aamiin.
Gimana, gimana? Ada cerita apa aja nih lebaran kemarin? Kalau saya mah
banyak cerita! Makanya pengen saya bagi lewat tulisan ini. Sekadar untuk
menciptakan kenangan dan jejak sejarah untuk masa tua nanti, bahwa saya dan
semua muslim di dunia pernah berlebaran di tengah pandemi. Berlebaran di
situasi paling berbeda sepanjang sejarah, hehe.
Eits! Tapi saya gak mau cerita yang sedih-sedih mulu. Saya mau cerita yang
bahagia dan seru aja. Manalah masih wabah dari corona, ceritanya sedih lagi.
Bye deh. Baiklah. Saya mulai dari mana ya?
Sidang Panjang Untuk Seragam Lebaran
Di beberapa tulisan saya sebelumnya, saya pernah menyinggung soal seragam
lebaran ini. Jadi memang sudah beberapa tahun, keluarga dari suami suka
seru-seruan untuk pakai baju seragam di hari lebaran. Tidak terkecuali tahun
ini juga.
Walaupun katanya lebaran gak boleh kemana-mana, tapi namanya seseruan
tetap aja jalan. Apalagi saat menentukan mau pakai baju warna apa. Itu tuh
persis sidang yang alot. Lamaaaaaa banget untuk ambil keputusannya. Dari
pengajuan berbagai warna, sampai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
samaan dengan keluarga besar lainnya.
Kami mulai dari peach. Warnanya lembut dan kebetulan sudah ada beberapa
orang yang punya. Tapi, melihat ke belakang, kok saya sering banget pakai warna
itu ya. Waktu itu gamis saya hitam, jilbab peach. Lalu gamis putih, jilbab
peach lagi. Lha kok ini mau gamis peach dengan jilbab hitam? Fix ganti! Cari
lagi warna lain. Ungu-pink, rose pink-hitam, biru-dongker, hijau-hitam dan
paduan warna-warna lainnya.
Karena takut para lelaki dalam grup keluarga gak nyaman dengan kluntang klunting wa yang muter-muter bahas seragam ini, akhirnya kami bela-belain untuk bikin satu grup wa lagi dengan nama ‘Baju Seragam Lebaran’ ckck! Dengan pertimbangan ini itu dan berbagai kemungkinan, maka sidang ditutup dengan sedikit pemaksaan karena salah satu kakak ipar saya sudah nekat beli baju warna milo. Fix deh akhirnya lebaran kali ini kami pakai seragam warna milo. Horee!
Saya kira, masalah seragam lebaran ini sudah selesai sampai disini.
Ternyata masih ada lagi dramanya. Saya yang waktu itu masih santai belum dapat
bajunya, terpaksa harus ngebut cari tuh baju. Mana gak berani ke pasar atau
mall kan, jadi carinya lewat online deh. Sempat khawatir juga karena ada kabar
bahwa beberapa jasa pengiriman akan tertunda dengan adanya kebijakan PSBB.
Sampai gak nih baju sebelum lebaran tiba? Tapi, alhamdulillah, akhirnya baju
tiba tepat waktu. Masih sempat dicuci dan disetrika juga.
Fix pakai warna milo |
Lain lagi dengan drama kakak ipar dan mamak. Karena badan yang kecil, jadi
ukuran baju paling kecil pun masih kurang kecil juga. Di beberapa hari sebelum
lebaran, baju yang dipesan harus dipotong dan jahit ulang. Karena sudah mepet
waktu, penjahit langganan dekat rumah gak mau terima jahitan lagi walaupun
hanya menjahit sedikit. Alhasil, pergi deh ke penjahit dekat pasar.
Alhamdulillah bisa.
Rempong ya kami ini. Tapi disitulah serunya lebaran. Kan jadi ada cerita
ya, hehe.
Baca juga : Sibuknya Menyambut Lebaran Ini
Keliling Demi Khong Guan
Ya ampun kalau inget ini mah, saya langsung tepok jidat, haha. Jadi, suami
saya ini salah seorang penggemar berat biskuit. Pokoknya kalau sudah ke
swalayan, bisa lama tuh di depan rak biskuit. Pilah pilih biskuit walaupun pada
akhirnya jatuh pada biskuit favorit semacam gabing (see hong puff) atau marie
(atau biasanya biskuit dempet yang ada krim coklatnya itu).
Nah, lebaran ini doi pengen banget beli biskuit Khong Guan yang kaleng
besar. Maklum lah, hari-hari biasa gak pernah beli yang itu, gak kuat harganya.
Lumayan banget kan kalau dibeliin telor bisa dapet 4 kiloan, wkwk.
Akhirnya ada Khong Guan Kaleng, wkwk |
Semingguan sebelum lebaran, dia memang lihat masih ada jejeran kaleng
besar itu di toko langganan dekat rumah, di swalayan dekat tempat kerjanya, dan
di beberapa warung sekitar. Dipikir masih agak lama kan dan kami juga sempat
beberapa hari menginap di rumah mertua dan rumah ibu saya, jadi kami
tunda-tunda terus deh untuk belinya.
Dua hari sebelum lebaran, akhirnya kami putuskan untuk beli juga.
Ternyata.. deng dong! Di warung langganan sudah habis. Mau beli di swalayan
dekat tempat kerja kok jauh banget ya, dia sudah libur juga. Akhirnya kami
keliling deh ke warung-warung dan toko-toko di sekitar. Sampai ke Indoma***t
pun stok kosong!
Saya bilang aja,
“Makan biskuitnya di rumah ibu aja. Kemarin sempat lihat dapat bingkisan
yang ada biskuit khong guan walaupun kaleng kecil.”
Dari mimik wajahnya, kayaknya doi masih belum mau menyerah. Katanya, besok
kita cari lagi sebelum berangkat ke rumah ibu. Ya ampuunn!
Baca juga : Segubal, Kuliner Khas Lampung Untuk Lebaran
Benar. Jadi di satu hari sebelum lebaran itu, kami keliling lagi. Padahal
itu sudah siap-siap mau mudik ke rumah ibu (tahun ini jatah lebaran pertama di
rumah ibu). Baiklah. Kami jalan lagi menyusuri toko yang sekiranya kami lewati
kemarin. Kosong semua. Sempat terpikir untuk ke swalayan besar yang agak jauh
dari rumah, tapi melihat penampilan kami yang pakai baju rumahan banget,
rasanya kok gimana gitu ya, haha. Lagipula kemarin itu masih pagi dan belum
buka.
Untungnnya ada satu swalayan yang sudah buka. Begitu saya lewati pintu
masuk, mata saya langsung menangkap jejeran kaleng besar berwarna merah itu.
Ahamdulillah, akhirnya pencarian ini berakhir disini. Kami spontan tertawa.
Terserah mau dipandang apa sama petugasnya, hehe.
Well, itu sedikit dari banyak cerita lebaran tahun ini. Masih ada
lanjutannya. Tapi di postingan selanjutnya ada kali ya. Nah, kalau kamu punya
cerita seru apa nih? Cerita dong di kolom komentar!
EA.EA.. NASIB KHONG GUANNYA SAMPAI TULISAN INI DIPOSTING..GMNA..?
BalasHapusMasih utuh. Itu dibuka hanya untuk pemotretan, haha.
Hapus