Pernahkan kalian mengalami sakit gigi yang sangat parah? Sampai ke leher, ke telinga, bahkan sampai ke sebagia kepala? Hingga aktivitas terganggu, tidur juga gelisah. Saya pernah.
Jadi ceritanya saya punya gigi geraham bungsu yang sudah tumbuh. Saya gak tahu persis apakah ini tumbuhnya normal atau gak, karena memang saya gak merasakan apapun selama ini dan tumbuhnya juga biasa-biasa saja. Tapi suatu ketika di bulan haji, saya merasakan ngilu setelah saya makan daging. Saya pikir ini cuma karena menggigit daging yang agak keras saja dan ngilu akan sembuh dengan sendirinya.
Dan.. memang benar. Saya tidak merasakan ngilu beberapa lama setelah itu. Jadi saya merasa aman-aman saja. Lalu ketika bulan Desember, saya merasakan sedikit ngilu di gigi itu dan menjalar sampai ke sebelah kepala saya. Gak terlalu sakit sih, jadi saya kembali berfikir mungkin ini karena cuaca dingin (waktu itu saya sedang liburan ke daerah Kuningan yang cuacanya cukup dingin). Rasa ngilu ini seperti yang sudah-sudah kemarin, hilang timbul dan gak terlalu berpengaruh pada aktivitas saya.
Tetapi, dua bulan kemudian, saya merasa ada yang gak beres dengan gigi geraham saya itu. Kalau saya raba dengan lidah saya, terasa ada lubang kecil yang sering kemasukan sisa makanan. Rasa ngilu muncul lebih sering dan mulai mengganggu aktivitas saya. Rasa ngilunya tuh seperti ada yang menarik syaraf gigi dari dalam dan dari situ menjalar hingga ke telinga. Saya mencoba menenangkannya dengan minum obat pereda nyeri seperti parasetamol. Rasa sakitnya memang berkurang dan saya biasa-biasa lagi.
Tapi lama kelamaan, rasa ngilu itu sudah tidak bisa tertahankan lagi. Saya terbangun di tengah malam karena merasa sangat ngilu. Saya sampai nangis lho. Suami bilang berkumur saja dengan air garam. Tapi gak juga berpengaruh. Rasa ngilu itu datang lagi dan lagi.
Jadi saya putuskan untuk berobat ke klinik gigi keesokan harinya. Saya berobat ke klinik yang paling dekat dulu, dan itu gak pakai BPJS (saya sudah gak tahan menahan sakit untuk berobat ke klinik yang pakai BPJS saya). Disana, saya dikasih obat pereda nyeri seperti asam mefenamat dan parasetamol kalau gak salah. Kata dokternya, ini gigi geraham bungsu, jadi gak bisa dicabut di klinik itu. Harus ke rumah sakit.
Rasa ngilunya sedikit mereda setelah ke klinik. Tapi saya gak mau lama-lama minum obat karena takut pas obatnya habis, ngilunya datang lagi. Jadi saya kembali ke klinik yang bisa saya minta rujukan BPJSnya. Berbeda dengan klinik yang awal kemarin, disini peralatannya agak kusam dan gak sebersih di klinik sebelumnya. Bahkan dokter giginya pun lebih jutek menurut saya. Entah apa karena saya pakai BPJS?
Dari klinik sana, saya diberi surat rujukan ke rumah sakit umum daerah. Saya datang keesokan harinya, pagi-pagi sebelum saya berangkat kerja.
Sampai di rumah sakit, saya diperiksa dan katanya posisi gigi geraham bungsu saya ini agak miring dan menabrak gigi sebelahnya. Saya ceritakan juga tentang ngilu parah yang saya alami. Dokter (atau asisten dokter, saya gak tahu persis) langsung menyuruh saya ke kursi periksa dan menjalankan aksinya. Saya yang memang pada dasarnya sudah takut duluan, langsung tanya mau diapain gigi saya.
"Dimatikan syarafnya aja dulu ya." katanya sambil menyuruh saya berkumur.
"Sakit gak ya, Dok?"
"Gak juga kok, ya masih bisa ditahan lah sakitnya."
Dia menjawab sambil mempersiapkan alatnya. Saya lihat peralatannya bersih, lebih bersih dari dua klinik yang saya datangi kemarin. Saya yang sudah berdebar-debar ini semakin berkeringat dingin ketika dokter itu mengutak atik gigi saya. Ternyata hanya sebentar sudah selesai. Dalam hati saya bilang, gak sakit gini kok. Dan saya senang karena cuma sebentar dan gak kerasa apa-apa. Saya hanya merasakan gigi saya ada tambalannya sekarang.
Tapi... selang beberapa menit kemudian, barulah saya merasakan ngilu luar biasa di gigi yang barusan diutak-atik tadi. Saat itu, saya sedang dimintai data diri terkait surat rujukan balik. Saya sampai tanya kembali ke petugas yang sedang mencatat itu, kenapa malah sakit sekali gigi saya ini. Dengan entengnya dia menjawab, "Memang begitu, saya juga pernah kok." sambil memberi catatan resep obat.
Dokter itu juga sempat menghampiri saya dan bilang setelah seminggu, tambalan gigi saya bisa dibongkar di klinik tempat saya minta rujukan. Lalu, gigi saya akan dicabut setelah ada informasi jadwal dokter giginya. Saya juga dimintai nomor telepon agar bisa dihubungi. Tapi saya tidak terlalu paham dan tidak terlalu mengerti apa maksudnya karena rasa ngilu yang sudah sangat tidak tertahankan tadi.
Di perjalanan menuju bagian farmasi, saya menangis karena rasa sakit yang beneran sakit. Saya gak peduli dengan tatapan orang-orang yang ada disana, hehe. Saya ingin segera minum obat pereda nyerinya. Untung masih ada suami yang menemani saya sampai semua beres, jadi saya gak malu untuk terus nangis sebelum minum parasetamol.
Beberapa menit selepas minum parasetamol, nyeri di gigi saya hilang dan saya bisa masuk kerja. Seperti gak ada apa-apa gitu. Tapi saya belum berani makan yang keras-keras sampai beberapa hari kemudian.
Saya penasaran dengan ucapan dokter tentang mematikan syaraf gigi. Setelah browsing kesana kemari, saya simpulkan bahwa mematikan syaraf gigi ini bertujuan agar nyerinya berkurang. Biasanya hal ini dilakukan pada gigi yang sudah rusak dan menyebabkan rasa nyeri yang hebat. Obat untuk mematikan syaraf gigi ini berbahan arsen yang efeknya tidak terlalu baik, makanya untuk mencegah keluarnya arsen, lubang gigi ditambal dengan tambalan sementara sebelum dilakukan tindakan berikutnya.
Btw, ini tulisan sepertinya sudah cukup panjang. Jadi, akan saya lanjutkan di postingan berikutnya. Oh iya, saya juga akan cerita pengalaman saya sewaktu perpisahan dengan si gigi bungsu ini. See you next time!
Baca juga : Wedding Anniversary Gaya Saya
halo mbak. sakit gigi emang nggak enak banget sih, buat makan nggak bisa, buat ngomong susah, mau tidur juga nggak bisa. aku uudah ngalamin berkali-kali. aku belum pernah sih ngalamin tumbuh gigi bungsu. pas aku rongent ternyata aku nggak punya gigibungsu. alhamdulillah. tinggal menjaga kebersihan gigi aja sih, supaya nggak bolong dan sakit lagi.
BalasHapusHalo mba Annisa Dewi, terimakasih sudah berkunjung di blog saya. Iya mba, kalau sudah sakit gigi memang rasanya dunia gak ada warnanya sama sekali, hehe.
BalasHapusaku pikir di ccabut mba, karena aku juga ngerasain hal yang sama dan sampai sekarang belum ke dokter gigi.
BalasHapusIkut cerita ya mbak soal si widom teeth ini :D 2 gigi bungsu atas saya udah keluar semua dan normal. Sementara yang bawah miring semua dan nabrak gigi sebelahnya. Lalu yang suka berulah bikin sakit gigi ini yang bungsu kanan bawah karena bikin gusi bengkak dan infeksi. Akhirnya si bungsu kanan bawah ini dicabut lewat proses odontektomu pas lagi gusinya gak bengkak. Proses nyabutnya wow banget :"))) gusi disuntik dulu, setelah itu gusi saya disobek, giginya di 'potekin' dulu karena posisinya miring jadi ga bisa langsung cabut dan setelah itu dijahit. Seminggu kemudian lepas jahitan. heheheh 2 hari pertama pasca odontektomi itu pipi saya bengkak sebelah dan ga bisa makan hehehe...
BalasHapusHalo mba Icha Afriza, iya mba akhirnya dicabut kok karena memang kambuh lagi sakitnya setelah beberapa bulan dari proses mematikan syaraf itu. Tulisannya ada di bagian 2 :)
BalasHapusTerimakasih sudah berkunjung di blog ini. Salam blogger!
Halo mba Nike Dwi. Duh ceritanya kok ternyata lebih serem punya mba Nike ya hehe. Saya gak pake sobek-sobek gusi segala mba, mungkin karena sudah muncul semua ya si geraham bungsu ini hehe.
BalasHapusBtw, terimakasih atas kunjungannya mba. Salam blogger!