29 Oktober 2013

REUNI SINGKAT


Yeyyyy.. ke Palembang lagi! Kali ini untuk memenuhi salah satu kewajiban muslim terhadap muslim lainnya (hadeh... bahasaku, hehe). Memenuhi undangan seorang teman yang jadi pengantin. Jauh sih perjalanan dari Lampung ke Palembang, apalagi jatah liburku hanya sehari, gak bisa berlama-lama disana, tapi rasanya senang saja bisa ikut bahagia bersama sang pengantin.

Perjalanan kali ini lumayan berbeda dari perjalananku dulu sewaktu aku masih bekerja di Palembang. Fasilitas kereta api sudah lebih baik. Mengingat ini kendaraan favoritku kalau jalan kesana (soalnya kalau naik bus gak ngerti jalurnya! Hehe). Aku memilih naik kereta malam waktu berangkat, pastinya karena aku harus berangkat kerja dulu pagi sebelumnya, dan biar sampai Palembang pagi dan bisa langsung menuju ke rumah yang punya hajat.

Perjalanan dari Lampung-Palembang sih gak ada masalah karena gak pakai ganti-ganti kereta. Nah, yang agak ribet adalah perjalanan menuju rumah sang pengantin. Dulu, waktu aku masih satu pekerjaan dengan sang pengantin, aku memang pernah beberapa kali ke rumahnya, tapi itu selalu naik motor dan gak pernah naik angkot. Jadi ketika kemarin aku kesana harus pakai kendaraan umum, aku sempat kelimpungan. Instruksi yang diberikan temanku adalah sebagai berikut :

Pertama,  aku disuruhnya naik bus Plaju-Pusri (dari Kertapati, aku kan numpang mandi dulu di rumah saudara di Plaju) . Oke, gak masalah, aku biasa naik bus dari Plaju walaupun ke jurusan Perumnas waktu dulu. Jadi aku tunggu saja bus merah itu dengan sabar. Dan yup! Dapat.

Kedua, turun di pasar Lemabang. Katanya sih bilang aja sama kondekturnya. Well, aku ikuti. Pas aku bayar ongkos, aku bilang pasar Lemabang, tapi namanya saja kondektur yang fokusnya ke berbagai macam orang, dan waktu itu kondisi bus cukup penuh sesak. Aku tak bisa menjamin sang kondektur mendengarku. Jadi yah, aku akan liat saja kondisi. Sebuah pasar pastinya kan ramai, jadi gak susah menemukannya. Tapi, kenyataan adalah jalur yang dilewati rupanya berbeda dengan jalur bus yang dulu biasa aku lewati. Waduh, aku mulai ketar-ketir nih. Aku sama sekali gak ngerti jalur yang kulewati, jalan apa, atau arah mana, aku sama sekali tak paham. Mau tanya sama orang, bus penuh sesak jadi susah mau berkomunikasi. Menghubungi teman-temanku pun gagal karena berbagai macam hal. Tidak aktif lah, gak diangkat lah, yah, pasrah deh. Sampai akhirnya bus berhenti di suatu tempat yang ramai dan ketika aku menoleh ke luar jendela, kudapati plang besar bertulisakan “PASAR PAGI LEMABANG”  Yuhuu, disini rupanya.

Ketiga, dari pasar lemabang naik angkot hijau menuju gang Rama Kasih. Ow, ow, banyak angkot hijau, banyak persimpangan jalan. Dan ironisnya aku sama sekali tak paham harus naik angkot hijau yang mana dan ke arah mana! Menghubungi teman-teman masih gagal. Udara panas mulai mengundang keringat di tubuh dan wajahku. Fiuhh, sudah dandan ala pesta malah keringetan hehe. Akhirnya aku tanya saja dengan seseorang di pasar itu. Dengan mantap, ia menunjukkan arah dan angkot mana yang harus kunaiki untuk sampai ke Rama Kasih. Aman deh!

Tapi, ternyata belum habis juga ketar-ketirku. Karena waktu itu kondisi pasar dan jalan cukup ramai, jadi aku tak sempat bilang pada sopir mau ke arah mana. Kupikir aku akan tanya ketika aku sudah berada di dalam angkot. Ironisnya, angkot itu tak seperti angkot kebanyakan yang kujumpai di Lampung. Rupanya, ada kaca penyekat antara sopir dan penumpang hingga penumpang tak bisa berkomunikasi dengan sang sopir. Waduh! Gang Rama Kasih yang dulu pernah kujejaki, sekarang sudah tak kuingat lagi. Ancang-ancangnya apa, plang, atau tanda-tandanya pun aku tak ingat. Lebih ironis tak ada penumpang lain yang bisa kutanya. Kembali pasrah, aku amati setiap gang yang dilewati. Masih untung angkot berjalan cukup pelan jadi aku bisa mengamati gang dengan lebih baik walaupun tetap saja aku tak punya gambaran.

Tapi, akhirnya, pertolongan datang juga. Seorang penumpang lain masuk. Tanpa pikir panjang, tanya saja dengannya, hehe. Hasilnya, ketemu deh gang Rama Kasih itu. Legaaaa... :D

Sekarang tinggal menelusuri gang Rama Kasih IV. Pastinya, jalan kaki dan harus melewati tiga gang kecil, yaitu Rama Kasih I, Rama Kasih II, Rama Kasih III. Fiuhhh! Akhirnya sampai juga! Rasanya ingin segera melumat teman-teman lamaku yang nyengir saja ketika aku datang. Huh, tak tahukah perjalananku kali ini hampir nyasar??

Dan inilah beberapa momen hasil reuni singkatnya :D




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah memberi komentar :)