Ada wangi tanah
basah selepas hujan di beranda
sudah sepekan,
tapi tak kunjung hilang
juga ada guguran
daun yang belum sempat kau bersihkan
masih sama di
bawah cemara
entah, tapi
indraku memang menangkapnya demikian
lalu bias senyummu
dalam bayangan rembulan ketika malam tiba
apakah kau patri
aku dengan sudut matamu, nirmala?
hingga tak habis
malam-malamku dengan lamunan akan pertemuan kita
sudah sepekan,
dan masih ada dalam ingatan
***
hujan belum juga
reda kala itu
ketika kita telah
sampai menghitung rinai-rinai yang jatuh dari langit abu-abu
kau sempat
bertanya,
-apakah kau lelah menghitung hujan
bersamaku, rama?-
dan aku terpaku
kehabisan kata
untuk sekedar menjawab
-tidak, nirmala-
sebab matamu
telah membekukan duniaku
aku begitu
canggung ketika kau biarkan waktu merayapi kita dalam kesenyapan yang tiba-tiba
serupa begitu
asing pertemuan kita
seperti waktu
yang tak kenal jeda
seperti pagi yang
tak mampu berlari, lupa akan senja yang akan ada
hingga pada
akhirnya aku mengerti
kita sedang
mendengar hujan bernyanyi
dan melupakan
sedih pedih
seperti juga
matahari
menanti pagi
untuk bisa terbit kembali
-kalau begitu, rama, apakah hujan
bisa memberi kita kekuatan hanya dengan mendengar mereka bernyanyi?-
dan aku masih tak
juga menemukan kata untuk sekedar menjawab
-mungkin, nirmala-
sebab ada yang
tersisa dari perjalanan panjang kita selama ini
: cintamu
yang tak bisa kau
sembunyikan di setiap perjumpaan
yang tak bisa aku
hapuskan di setiap kediaman
yang tak bisa
kita lukiskan lewat nyanyian
***
maka selepas
hujan kali ini,
masih ada wangi
tanah basah di beranda
juga ada guguran
daun yang belum sempat kau bersihkan
sudah sepekan,
tapi tetap tertinggal dalam ingatan
Natar, 7 Maret
2013
# Dimuat di Lampost, 17 Maret 2013 :D
dari Unila to bu?
BalasHapusiya... dari unila juga?
BalasHapusKeren kata-katanya.....
BalasHapus