Maaf.
Sebenarnya, aku malu menulis surat ini kepadamu,
tapi perasaan malu itu akhirnya terkalahkan dengan perasaan paling
fitrah yang ternyata ada pada hatiku. Perasaan fitrah bahwa aku
menyayangimu, sesungguhnya aku menyayangimu.
Mungkin aku
bukan seorang teman yang baik untukmu, dan sebagai seorang perempuan,
aku kurang peka terhadap perasaanku sendiri atau perasaanmu. Aku tak
benar-benar tahu apa yang ada dalam hatimu tapi setidaknya aku bisa tahu
apa yang kau rasakan jika saja aku adalah seorang perempuan yang peka.
Begitu
tidak pekanya aku hingga bisa membuatmu merasa terabaikan dan merasa
sepi, padahal kita berada dalam satu lingkaran. Begitu tidak pekanya aku
hingga tak bisa melihat hujan yang turun deras di hatimu, padahal
mendung itu sejatinya sudah menggantung ketika kita saling sapa. Begitu
tidak pekanya aku hingga diamnya kau, kuanggap sebagai pembawaan dirimu.
Dan
kini, ketika kau benar-benar menangis dalam wajah tundukmu, aku tahu
bahwa aku benar-benar bukan teman yang baik bagimu. Maafkan aku, Sephia.
Temanmu,
Ram
▼
31 Januari 2013
25 Januari 2013
Ketika Merasa Sepi dan Sendiri
Ketika Anda merasa murung, tahukah Anda bahwa Anda dapat
mengubahnya dalam
seketika? Pasang musik yang indah, atau mulai menyanyi—ini akan
mengubah emosi
Anda. Atau pikirkan sesuatu yang indah. Pikirkan seorang bayi
atau seseorang yang
sungguh-sungguh Anda cintai, dan tinggallah di situ.
Sungguh-sungguh pertahankan
pikiran itu di benak Anda. Halangi semua pikiran lain kecuali
pikiran itu. Saya jamin
Apa yang sungguh-sungguh Anda inginkan? Duduk dan tulislah pada
secarik kertas.
Tulisan dalam kalimat kala kini. Anda bisa memulai dengan
menulis, “Saat ini saya
begitu bahagia dan bersyukur bahwa….” Kemudian jelaskan apa yang
Anda
inginkan
dalam hidup, dalam setiap bidang kehidupan.
Langkah kedua adalah percaya. Percaya bahwa apa yang Anda minta
sudah menjadi
milik Anda. Miliki apa yang saya sebut sebagai iman yang teguh.
Percaya pada apa
yang
tidak kasatmata.
Langkah ketiga, lagkah terakhir di dalam proses, adalah menerima.
Mulailah merasa
senang tentangnya. Rasakan seperti apa yang akan Anda rasakan
ketika keinginan itu
tiba.
Rasakan sekarang juga.
OOO
Versiku:
Ketika anda merasa sepi dan sendiri, tahukah
anda bahwa itu hanyalah sebuah perasaan paling melankolis yang ada dalam hati
anda. Ketika anda merasa terabaikan dan tak menjadi bagian dari orang-orang di
sekeliling anda, tahukah anda bahwa itu hanyalah perasaan paling pesimis yang
anda punya. Mungkin anda belum sadar, bahwa esok, ketika mati pun, anda akan
sendirian di dalam tanah. Siapa yang mau menemani tidur panjang anda kecuali
amal-amal anda yang sedikit itu?
Maka, ketika anda merasa sepi dan sendiri,
nikmati saja kesendirian itu. Hayati sebagai proses pendewasaan yang akan
membuat anda bisa melihat segala hal lebih dekat. Bahwa anda tak harus
bergantung pada orang lain untuk meramaikan suasana hati anda. Bahwa anda tak
harus mengiba untuk ikut serta menjadi bagian dari orang-orang di sekeliling
anda agar anda merasa ‘ada’.
Yang perlu anda lakukan adalah memahami
bagaimana orang-orang di sekeliling anda bersikap pada anda. Jadilah teman yang
baik bagi mereka, apapun keadaannya. Bagaimanapun tanggapannya. Ketika anda
melakukan hal paling baik pada orang-orang di sekliling anda, maka anda akan
dihinggapi perasaan bahagia yang anda pun tak mengerti bagaimana perasaan
bahagia itu bisa sampai dalam hati anda. Lalu berdoalah.
Mintalah pada Dzat yang menciptakan anda,
sesuatu yang tak bisa diduga oleh orang-orang d sekeliling anda. Mintalah agar
anda menjadi teman yang baik bagi mereka, maka Dzat yang menciptakan anda akan
memberikan anda orang-orang yang akan menjadi teman baik bagi anda.
Ketika itu sudah anda lakukan, maka
tersenyumlah. Katakan pada diri anda, bahwa anda adalah orang yang kuat. Anda adalah
orang yang tak bergantung pada orang-orang di sekeliling anda untuk menjadi
bahagia atau menjadi sedih. Anda adalah pribadi yang apa adanya, yang menjalani
segala proses kehidupan dengan suatu penghayatan lebih. Menerima apa yang
terjadi pada anda, menikmati, menghayati, dan mensyukurinya. Bahwa apapun yang
terjadi pada anda, itulah yang terbaik untuk anda.
: ketika merasa sepi dan sendiri
21 Januari 2013
Belitang dan Balong-Balong
Horeee...
jalan-jalan lagi. Kali ini ke Belitang, tepatnya di desa Yosowinangun BK 11 OKU
Timur. Baru pertama kali kesini dalam rangka nganter ade yang sudah punya
keluarga kecil.
Perjalanan
dimulai malam hari sekitar pukul 21.30 dengan mobil teman. Belum ada yang bisa
dilihat dalam perjalanan malam karena gelap dan ngantuk. Sebagian juga memang
sudah pernah kulewati waktu perjalanan Palembang-Lampung. Tapi kali ini, kami
melewati jalan Raya Lintas Tengah, yang melewati Kotabumi, Bukit Kemuning,
kemudian Martapura, dan sampailah ke Belitang. Perjalanan yang lumayan melelahkan,
khususnya bagi sang supir yang rela gak tidur semalaman untuk mengantarkan kami
sampai kesana, hehe.
Sampai di Belitang, hari masih sangat pagi sekitar pukul
04 dini hari. Karena kondisi sudah lapar, maka kami mampir dulu di warung kecil
pinggir jalan (sudah muter-muter cari tempat yang agak enakan, tapi gak ketemu,
sebagian belum buka atau malah habis sekalian). Aku cuma makan semangkuk mi
instan pake telur karena belum nafsu makan nasi. Setelah perut terisi, kami
kembali menelusuri jalan yang masih gelap menuju rumah keluarga ade ipar. Ternyata
gak jauh dari tempat kami makan.
Subuh merayap
perlahan hingga terang. Ngantuk dan cape ternyata lebih menguasai kami, jadilah
kami istirahat dan belum bisa keliling lihat-lihat suasana sana.
Mancing Mania, haha |
Sebenarnya, suasana disana tidak jauh berbeda
dengan suasana di kampungku. Gaya bangunan rumah masih sama, tapi yang sangat
berbeda adalah pemandangan diluar rumah. Sepanjang perjalanan, hampir di setiap
rumah memiliki kolam besar tempat beternak berbagai macam ikan, atau kalau
sebutan disana adalah ‘Balong’. Luasnya cukup buat aku ternganga. Kalau ada
lomba renang disana, kayaknya bisa deh, hehe.
Sebagian besar,
balong-balong disana diisi dengan ikan bawal, nila, dan mas. Saking melimpahnya,
warga disana sampai bilang sudah gak doyan lagi sama ikan. Hm, kalau aku sih
memang jagonya makan masakan ikan, hehe. Tergiur dengan ajakan keluarga disana
untuk memancing, ibu pun coba-coba deh mancing. Umpannya? Cuma sepotong kue
apem! Wah, ikan sana doyan juga ya kue legendaris gitu hehe.
Tapi, namanya
juga newcomer di dunia pemancingan, ibu Cuma berhasil menarik seekor ikan
kecil. Gak apa lah J
Balong dan Sawah |
Di samping balong jumbo, ada pemandangan yang
menyejukkan mata. Hamparan sawah hijau nan sejuk menyergap kami, juga masih ada
balong lain yang lebih besar lagi. Rasanya benar-benar ada di pedesaan seperti
syair lagu anak-anak jaman dulu. Rasanya kalau gak mengabadikan pemandangan
ini, bakal rugi deh. Belum tentu bisa kesini lagi dengan momen yang sama kan?
Baca juga : Roadshow to South Sumatra
Setelah puas
menyegarkan mata dengan pemandangan alam, kami pulang. Rupanya ibu masih pengen
jalan-jalan ke tempat yang sekiranya bisa dapat oleh-oleh untuk orang di rumah.
Secara, ada dua ade yang ditinggal di rumah. Namanya ibu-ibu, maka yang dicari
adalah pasar. Tersebutlah pasar Gumawang, gak terlalu jauh dari rumah. Maka,
berangkatlah kami kesana. Sebenarnya, aku agak malas pergi ke pasar. Dalam pikiranku,
dimana-mana pasar itu sama aja. Mungkin yang berbeda adalah bahasa lokal dan
harganya. Tapi ya ikut saja deh, hitung-hitung jadi tau daerah sana juga.
Umang-Umang Belitang |
Suasana sendu
sangat terasa ketika kami akan pulang kembali ke Lampung tanpa keluarga kecil
(adik perempuanku, suaminya, dan si kecil Aim). Apalagi ibu, air matanya
seperti hujan yang turun sore itu. Melankolis banget deh!
Pulang, melewati rute yang sama tapi dengan
suasana berbeda. Kali ini masih bisa
kelihatan tempat semalam yang kami lewati. Tugu BK 11 jelas terpampang saat
kami keluar dari gangnya. Nama BK 11 ternyata adalah kepanjangan dari Bendungan
Komering. Angka 11 didapat dari urutan bendungan. Dari informasi yang kudapat,
ada sekitar 30 bendungan disana. Jarak antara 1 bendungan ke bendungan lainnya
lumayan jauh, jadi aku bisa bayangkan betapa luasnya bendungan ini.
Keluarga di Belitang |