Masih ingat postinganku
beberapa minggu yang lalu tentang tragedi sebuah gang kecil bernama gang sinar
laut? Hehe, kalau sudah lupa atau parahnya belum baca, sok baca dulu di TragediGang Sinar Laut. Nah, kali ini aku mau posting lagi soal gang kecil ini.
Sepertinya lucu memang, mengingat tragedi yang kontroversial ini hanya
berlangsung beberapa minggu saja, bahkan mungkin tidak sampai sebulan. Tapi
yah, namanya juga manusia, ada saja tingkah lakunya yang bisa membuat orang
tertawa, jengkel, berkerut kening, dan ekspresi lain-lainnya.
Hm, sepertinya akan lebih
mudah menjelaskannya dengan timeline ya :D
Pertama :
gang ini ditutup secara paksa dan tiba-tiba oleh entah siapa. Desas-desusnya
adalah keluarga sang pemilik kebun yang mengajukan diri sebagai caleg dan
ternyata tidak punya suara yang signifikan di kampungku. Penutupan gang ini
sontak membuat warga kampungku heran. Pasalnya, gang kecil ini kan sudah dari
jaman hong digunakan sebagai jalan bagi warga kampungku.
Kedua :
orang-orang kampungku sih tidak serta merta demo ramai-ramai menuntut untuk
dibukanya gang ini. Secara, itu juga bukan kebun kami, pemiliknya tetap punya
hak untuk mengatur batas-batasnya. Jadi kami hanya diam dan merasa maklum
dengan keadaan. Tapi, tetap saja beberapa orang dari kami lewat gang ini dengan
menerobos pagar yang telah dibuat. Karena sering diterobos, maka terbentuklah
pintu kecil lain di samping gang ini.
Ketiga : entah siapa yang
mulai membongkar pagar penutup gang. Hasilnya memang agak lumayan, jadi ada
akses lebih mudah daripada melalui pintu terbosan yang baru, hehe. Aku pernah
lewat sekali saat fase ini. Agak merinding sih, rasanya seperti seseorang yang
masuk ke wilayah orang secara ilegal.
Keempat :
gang ini sepenuhnya dibuka kembali. Tak ada pagar lagi. Lagi-lagi aku tak tahu
persis itu perbuatan siapa. Pemiliknya kah yang emosinya sudah mereda atau
orang-orang yang melihat ini sebagai kepercumaan saja karena nyatanya ada
‘pembiaran’ selama kami menerobos pagar.
Ketika aku melihat tak
ada lagi pagar bambu yang berdiri, aku hanya senyum saja. Mungkin memang
emosinya sudah reda jadi gang ini dibuka dan bisa dilewati orang lagi. Rasanya
tuh seperti ada kebebasan, hehe.
Bagiku, melewati gang ini
ada kesenangan tersendiri, apalagi kalau lewatnya pagi dan sore hari di saat
tidak ramai orang. Ketika aku lewat di pagi hari, aku sering mengambil foto
tanaman-tanaman yang ada di sisi gang ini. Hasilnya mantap. Secara, masih ada
embun yang menempel di daun-daun, masih ada kupu-kupu yang hinggap di
ranting-ranting. Rasanya seperti sedang menyambut pagi dengan senyum.
Kalau lewatnya sore hari,
matahari sudah mulai terbenam dan menciptakan hamparan langit yang menawan. Aku
juga sering mengambil fotonya. Tapi, ketika tidak ada orang lho, hehe. Suasana
sendiri seperti itu sering mendatangkan inspirasi bagiku. Sering juga aku
berfikir tentang banyak hal selama berjalan di gang ini sendirian #haha, dasar
tukang imajinasi!
Yah, intinya aku senang
gang ini dibuka lagi. Aku tak perlu repot-repot minta antar jemput, atau jalan
terlalu jauh. Tapi ya ada juga sih keadaan yang tak kusukai. Apakah itu? Ketika
ada sapi yang diikat di satu pohon kelapa untuk merumput. Sering sekali sapi
itu tak merasa berdosa tidur di tengah-tengah gang. Sudah badannya gede, tatapannya
juga buat aku menciut. Apalagi kalau si sapi sudah mengeluarkan suaranya sambil
diam terpaku menatapku. Hadehhh...
Dan inilah penampakan gang sinar laut itu sekarang. Maaf fotonya agak kabur karena ngambilnya sambil jalan (buru-buru pas mau berangkat kerja, hehe).
Sudah gak ada pagar bambunya lagi :D |
Ini gangnya, cuma jalan setapak kan? |
aku pernah lewat gang itu. sekitar awal tahun 2000-an. pemilik blog ini masih suka pakai putih abu2. waktu itu bareng nuraini dkk. masih inget ga?
BalasHapus