Ketika aku sedih dan terluka, aku akan bayangkan banyak hal menyenangkan yang membuatku nyaman meski dalam keadaan yang menyakitkan. Aku akan bayangkan banyak hal menyenangkan seperti, aku bisa menuliskan kesedihan dan kelukaanku itu agar hatiku sedikit lega, atau aku bisa menolong banyak orang yang membutuhkan apa saja, atau aku bisa mendengarkan cerita orang-orang yang ada di sekitarku, atau juga aku bisa memahami seseorang yang orang lain tak mampu memahaminya. Itu semua akan bisa –paling tidak- menawarkan lukaku.
Ketika aku sedih dan terluka, aku selalu berusaha meyakini bahwa semua itu adalah bagian dari sebuah cinta. Aku tak akan pernah bisa merasakan cinta ketika aku belum pernah terluka. Aku juga tak akan pernah bisa merasakan bahagia ketika aku belum pernah merasakan sedih. Aku mencoba untuk yakin akan satu hal; bahwa Allah tahu apa yang aku butuhkan untuk mendewasakanku.
Seperti kupu-kupu yang mempunyai sayap indah –entah kenapa aku sering iri melihat mereka menari mengitari bunga-bunga. Kupu-kupu tak akan pernah bisa jadi kupu-kupu yang indah jika tidak melewati masa paling sulit dalam hidupnya; melewati lubang kecil dari kepompongnya sendiri. Kupu-kupu tak akan pernah bisa jadi kupu-kupu yang indah jika tidak berani mencoba terbang mengepakkan sayapnya.
Begitu banyak luka yang pernah mengiringi langkahku, begitu banyak sedih yang pernah memayungi perjalananku. Tapi aku yakin, itulah yang akan membuatku dewasa. Maka, aku ucapkan terimakasih pada luka, sedih, air mata. Merekalah yang membuatku yakin aku masih hidup dan bisa bertahan. Terimakasih pada Allah yang telah memberiku hidup...
Ruang berjendela, 30 Maret 2010
Org melankolis dosis melankoli ya mesti byk, harus diwaspadai klo terluka itu ternyata pilihan jg
BalasHapus