▼
12 Agustus 2011
10 Agustus 2011
Aku Ingin Melupakanmu
Sebuah catatan kecil yang kutemukan di selipan file-file yang menumpuk.
Aku ingin melupakanmu.
Dan memang begitu. Mungkin perjalananku dari kost menuju kantor, cukup untuk merenungkan kembali semua kata yang pernah kau lontarkan padaku. Benar, rupanya aku memang salah menaruh rasa.
Seandainya dulu tak pernah kuhiraukan kata-katamu, mungkin aku tak akan menjadi perempuan yang mengalirkan air mata karena terlalu mencintaimu. Atau, jika saja aku tak menuruti perasaan keperempuananku waktu itu, mungkin aku tak akan menjadi perempuan yang hanya bisa menyimpan luka tanpa pernah bisa menemukan obatnya.
Benar, kita memang berjarak. Dan aku tak akan pernah ingin menyalahkan Tuhan yang telah menciptakanku tiga tahun lebih dulu darimu. Aku tak akan pernah melakukan itu. Sebab, aku meyakini bahwa semua yang terjadi padaku telah Ia tuliskan untukku. Mencoba menjadi seseorang yang tegar, bagiku memang tak mudah. Selalu kenangan itu hadir serupa bayangan yang mengikutiku dari belakang. Setiap kali kutengok, ia diam. Setiap kali aku berlari, ia tetap mengejar. Dan ketika kudiamkan pun, ia tetap ada bersamaku.
Aku sudah mencoba untuk bertahan dalam keadaan yang tak menyenangkan. Bagiku, kesabaran itu mungkin akan membuahkan hasil. Namun, rupanya aku salah. Mencintaimu, bagaimanapun itu, tetap saja salah. Dan mungkin, yang terbaik adalah pergi meninggalkanmu, lalu perlahan melupakanmu dan melupakan semua yang pernah kita jalani. Itu akan lebih baik untukku daripada aku tetap bertahan namun tak pernah ada kata yakin yang keluar dari mulut kita masing-masing.
Dan hari ini, aku ingin melupakanmu. Itu saja.
Aku ingin melupakanmu.
Dan memang begitu. Mungkin perjalananku dari kost menuju kantor, cukup untuk merenungkan kembali semua kata yang pernah kau lontarkan padaku. Benar, rupanya aku memang salah menaruh rasa.
Seandainya dulu tak pernah kuhiraukan kata-katamu, mungkin aku tak akan menjadi perempuan yang mengalirkan air mata karena terlalu mencintaimu. Atau, jika saja aku tak menuruti perasaan keperempuananku waktu itu, mungkin aku tak akan menjadi perempuan yang hanya bisa menyimpan luka tanpa pernah bisa menemukan obatnya.
Benar, kita memang berjarak. Dan aku tak akan pernah ingin menyalahkan Tuhan yang telah menciptakanku tiga tahun lebih dulu darimu. Aku tak akan pernah melakukan itu. Sebab, aku meyakini bahwa semua yang terjadi padaku telah Ia tuliskan untukku. Mencoba menjadi seseorang yang tegar, bagiku memang tak mudah. Selalu kenangan itu hadir serupa bayangan yang mengikutiku dari belakang. Setiap kali kutengok, ia diam. Setiap kali aku berlari, ia tetap mengejar. Dan ketika kudiamkan pun, ia tetap ada bersamaku.
Aku sudah mencoba untuk bertahan dalam keadaan yang tak menyenangkan. Bagiku, kesabaran itu mungkin akan membuahkan hasil. Namun, rupanya aku salah. Mencintaimu, bagaimanapun itu, tetap saja salah. Dan mungkin, yang terbaik adalah pergi meninggalkanmu, lalu perlahan melupakanmu dan melupakan semua yang pernah kita jalani. Itu akan lebih baik untukku daripada aku tetap bertahan namun tak pernah ada kata yakin yang keluar dari mulut kita masing-masing.
Dan hari ini, aku ingin melupakanmu. Itu saja.
MAAF, TULISAN INI TAK BERJUDUL
Tulisan ini aku temukan di sebuah file. Aku baca ternyata sebuah catatan kecil, semacam curhatan meski entah ditujukan pada siapa. Kutaksir, ini catatan yang dibuat oleh seorang perempuan, gaya tulisannya melankolis. Begini catatannya:
: kepada rian
Aku begitu mencintaimu. Aku begitu menyayangimu. Hingga tanpa sadar, aku menangis sendiri. Air mataku terus saja mengalir ketika aku pejamkan mata. Aku begitu ingin kau ada di sampingku, mengusap air mataku hingga susut.
Aku terus melafalkan doa agar kau datang atau jika pun tak datang, aku berharap kau tahu aku sedang menangis karena terlalu mencintaimu. Aku terus berharap dan secara ekstrim aku ingin ketika aku membuka mata, kau sudah ada di hadapanku dengan wajah tersenyum dan mengulurkan tanganmu padaku. Tapi aku kembali tersadar, aku masih sendiri. Ketika aku membuka mata, hanya lagu yang terdengar dari komputer di hadapanku.
Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku
Dalam hati kecilku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu
Ketika rindu ini kian mendera, sejatinya aku makin sadar; kau telah kian jauh meninggalkanku...
: kepada rian
Aku begitu mencintaimu. Aku begitu menyayangimu. Hingga tanpa sadar, aku menangis sendiri. Air mataku terus saja mengalir ketika aku pejamkan mata. Aku begitu ingin kau ada di sampingku, mengusap air mataku hingga susut.
Aku terus melafalkan doa agar kau datang atau jika pun tak datang, aku berharap kau tahu aku sedang menangis karena terlalu mencintaimu. Aku terus berharap dan secara ekstrim aku ingin ketika aku membuka mata, kau sudah ada di hadapanku dengan wajah tersenyum dan mengulurkan tanganmu padaku. Tapi aku kembali tersadar, aku masih sendiri. Ketika aku membuka mata, hanya lagu yang terdengar dari komputer di hadapanku.
Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku
Dalam hati kecilku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu
Ketika rindu ini kian mendera, sejatinya aku makin sadar; kau telah kian jauh meninggalkanku...