28 Maret 2020

Jejak Pilu di Museum Jend. A.H. Nasution

Berkunjung ke museum adalah salah satu daftar yang tak boleh saya lewatkan ketika jalan-jalan di tempat yang baru. Dimanapun itu, museum jadi tempat pertama dalam itenerary saya. Nah beberapa waktu yang lalu, saya dan keluarga kembali menginjakkan kaki di Jakarta, tepatnya di daerah sekitaran Menteng. Wah, kebetulan sekali nih dekat dengan salah satu museum yang ingin saya kunjungi.

museum A.H. Nasution
Patung Jend. A.H. Nasution di depan museum
Museum Jenderal A.H. Nasution. Lokasinya di Jl. Teuku Umar No. 40 Gondangdia, Menteng. Walaupun bangunannya tidak berbeda dengan bangunan rumah lainnya, tapi tetap tidak sulit untuk menemukannya. Sebab, selain letaknya yang persis di pinggir jalan raya, juga ada penanda berupa patung Jenderal A.H. Nasution yang berdiri di halaman rumah, menghadap ke jalan raya.

Saat melewati pintu gerbang dengan pos jaga, kami disambut petugas yang langsung mempersilakan kami untuk masuk ke dalam rumah -yang artinya museum itu sendiri. Tidak ada patokan biaya untuk mengunjungi tempat ini, tetapi saat kami masuk ke ruang depan dari pintu utama, disana terdapat kotak kaca, seperti kotak infak. Kami segera tahu bahwa itu artinya pengunjung dibebaskan untuk mengisi atau tidak, berapapun nominalnya.

Di ruang utama, kami disambut dengan patung setengah badan Jenderal A.H. Nasution yang diletakkan di tengah-tengah ruangan, tepat menghadap pintu utama. Dari petugas yang akan mendampingi kami, dipesankan untuk tidak terkejut ketika nanti diajak berkeliling museum karena akan banyak sekali diorama yang menggambarkan kejadian-kejadian di masa itu. Kami mengangguk-angguk.
MUSEUM NASUTION
Patung setengah badan Jend. A.H. Nasution di tengah ruang tamu
Baru saja dipesankan jangan kaget, kami masih saja kaget begitu kami mulai menjelajah dengan didampingi bapak petugas museum yang saya lupa tidak tanyakan namanya, hehe. Dari ruang utama, kami dituntun masuk melewati lorong yang di samping kanan kirinya adalah ruang kamar tidur utama dan ruang tengah. Di lorong itu, terdapat diorama berupa prajurit yang menodongkan senjata ke arah kamar. Diorama-diorama itu persis dengan manusia asli, detail sekali si pembuatnya sampai ke susunan gigi dan raut wajahnya.

Kami masuk kamar tidur utama dan disana terpajang satu set tempat tidur lengkap dengan kursi, lemari, meja rias, dan tentu saja diorama Jend. A.H.Nasution yang masih memakai sarung di sisi tempat tidur.
museum nasution
Kamar tidur utama di museum
Bagi yang lahir di atas tahun 1990an mungkin sudah pernah melihat film dokumenter tentang pemberontakan G30S/PKI. Di buku-buku sejarah juga masih diceritakan peristiwa berdarah itu. Terlepas dari kepentingan-kepentingan apapun dan siapapun, di museum ini saya makin bisa membayangkan salah satu adegan dalam film itu. Bapak petugas juga menceritakan dengan cukup rinci apa yang terjadi malam itu.

Kamar ini jadi salah satu saksi bisu aksi penyerbuan terhadap Jenderal A.H. Nasution hingga akhirnya malah salah satu putrinya, Ade Irma Suryani yang menjadi korban penembakan. Di pintu kamar yang masih asli kayu dan warna catnya, terlihat lubang-lubang bekas peluru (yang ditandai dengan lingkaran kuning).

G30S/PKI
Lubang kuning bekas peluru di pintu kamar
Di samping kamar utama ini, terdapat satu kamar lagi yang dulunya jadi kamar Ade Irma Suryani. Tetapi kini digunakan sebagai ruang pajangan tempat tidur Jenderal A.H. Nasution selama dirawat pasca penyerbuan. Di kamar ini juga terdapat lemari yang memajang benda-benda milik Ade Irma Suryani, seperti boneka, baju, dan foto-foto serta lukisan. Selain itu, terdapat lemari kaca yang memajang baju-baju dinas Jenderal A.H. Nasution.
ade irma suryani
Lemari yang menyimpan barang milik Ade Irma Suryani
Ada satu syair yang dipajang dalam bingkai di salah satu sisi dinding kamar. Syair ini membuat saya merasa ikut kehilangan sosok seorang anak tak bersalah yang harus meregang nyawa hanya karena kepentingan sekelompok orang saja.
ade irma suryani
Syair yang membuat saya merasa pilu
Keluar dari kamar ini melalui pintu yang mengarah ke bagian belakang rumah, kami disuguhi lagi diorama yang tidak kalah menyedihkannya. Saat penyerbuan malam itu, istrinya meyakinkan Jend. Nasution untuk menyelamatkan diri dan bersembunyi meskipun Ade Irma Suryani mengalami luka parah akibat tembakan. Jend. Nasution berhasil menyelamatkan diri lewat pintu belakang dan melompati pagar rumahnya untuk bersembunyi. Saat itu, di samping rumahnya adalah kantor kedutaan Iraq. Saat itulah kakinya mengalami cedera dan sempat dirawat beberapa lama.
G30S/PKI
Diorama saat Jend Nasution menyelamatkan diri dengan memanjat pagar

museum nasution
Diorama Ade Irma Suryani yang tertembak digendong oleh ibunya
museum nasution
Pagar tembok yang dilewati oleh Jend. Nasution
Kami melewati lorong untuk masuk kembali ke dalam rumah. Di ruang tengah, terdapat diorama beberapa orang bersenjata menghadang istri Jend. Nasution yang masih menggendong Ade Irma Suryani. Saya tidak bisa membayangkan seandainya saya berada di posisi itu. Betapa istri beliau adalah seorang perempuan yang tegar dan berani.

Di lorong antara ruang tengah menuju ruang depan, terdapat foto Jend. Nasution dan Piere Tendean. Wajah mereka mirip dan itulah yang membuat pasukan Cakrabirawa terkecoh. Mereka mengira sudah menangkap Jend. Nasution, padahal yang ditangkap adalah Piere Tendean. Bisa dibayangkan saat itu belum ada meda sosial, bahkan ponsel pun belum ada sehingga wajah mereka tidak bisa dibedakan secara detail. Belum lagi, penangkapan itu dilakukan malam hari dan dalam keadaan terburu-buru.

pierre tendean
Sekilas memang mirip ya
Menuju ruang depan, di samping ruang tamu terdapat ruang kerja yang biasa digunakan Jend. Nasution. Kami sempatkan foto satu per satu disana, seolah kami ini asistennya yang sedang menunggu arahan pekerjaan, hehe. Lalu petugas museum mengajak kami untuk keluar dan menuju bangunan di samping rumah utama. Nah disinilah asrama Piere Tendean waktu itu. Kami tidak masuk karena tampaknya memang hanya ruang depan saja yang dibuka untuk umum. Masih ada diorama saat terjadinya penyerbuan.
pierre tendean
Penyerbuan di asrama Pierre Tendean
Kami juga diajak ke area belakang rumah dimana ada mobil dinas yang waktu itu dipakai Jend. Nasution.
museum nasution
Kami foto deh di mobilnya :)
Kami mengucapkan terimakasih sekali lagi pada petugas museum dan beranjak pergi. Selepasnya, saya masih tidak habis pikir denan cara-cara yang dilakukan pasukan Cakrabirawa itu. Terlepas dari siapa dalang yang seharusnya bertanggungjawab atas peristiwa G30S/PKI itu atau motif yang menyelubunginya, saya yakin kebenaran akan selalu menang.


6 komentar:

Sintia A. mengatakan...

Wah asik! Di grup Literasi #DiRumahAja nemu travel blog hehehe. Sebelumnya salam kenal, ya, Mbak. Aku tertarik banget sama museum ini. Apalagi melihat diorama Ade Irma Suryani. Agak serem karena ada cat merah seperti darah, tapi itu bisa menggambarkan kejadian di masa itu banget. Aku kalo ke sini gak mau sendirian, ah. Ngeri-ngeri sedap ya, kelihatannya. Hahaha.

Laela Awalia mengatakan...

Hai, mb Sintia.. salam kenal juga :)
Iya memang auranya agak horor hehe, untung kemarin ramean pas kesana jadi gak terlalu takut. Makasih ya sudah berkunjung :)

Fanny nila mengatakan...

Aku prnh ke museum ini. Dan jujur aja merinding iya, tp sedih juga iya. Saat melihat patung2 pasukan cakrabirawa sempet kaget banget. Film g30spki sndiri aku nonton sekali, dan setelah itu ga mau lagi. Nangis liatnya. Makanya pas ke museum Jend Nasution ini lgs kebayang kejadiannya :(.

Mba udh pernah yg ke museum Jend Ahmad Yani sekalian? Aku blm sempet Mulu. Ntr mau datangin yg itu juga. Katanya ga terlalu jauh dr museum Jend Nasution.

Dari dulu aku slalu suka liat museum2 yg punya s ejarah kelam. Museum bom atom Hiroshima dan Nagasaki aku datangin jg Krn kisah kelam di Jepang dulu. Trus museum pembantaian di pnom Penh itu, museum lubang buaya. Selalu menarik sih museum2 yg punya history suram begitu

Tira Soekardi mengatakan...

wah museum kadang penuh ceriat heroik, cerita sedih ya, aku suka banget ke museum

Laela Awalia mengatakan...

Hai mb fanny.. kemarin sebenarnya mau sekalian ke museum Ahmad Yani, tapi waktunya sudah mepet banget jadi mungkin klo ke Jakarta lg agendanya kesana. Iya sama mba, sy jg suka bgt ke museum. Pokoknya agenda utama pasti cr museum dulu hehe

Laela Awalia mengatakan...

Hai mb Tira.. setuju mba, museum memang selalu punya ceritanya sendiri