30 November 2018

Day #11, 2 Barang Koleksi Saya, Nomor 2 Sudah Langka

Pas saya lihat tema hari ini, saya mendadak jadi bengong dan bertanya sendiri, barang apa ya yang saya punya? Sedangkan saya baru satu tahun ini pisah dari orang tua, ehehe.

Baiklah, yuk coba kita cari dulu. Siapa tahu terselip diantara daun pintu atau celah-celah lubang udara. Bukankah koleksi adalah barang-barang yang dipunyai karena alasan tertentu yang mungkin saja hanya sekadar hobi dan bukan karena kebutuhan, kan? Saya memang punya beberapa barang dengan jenis yang sama, tapi rasanya itu bukanlah barang koleksi, seperti jilbab yang berwarna warni (ini untuk menyesuaikan dengan warna bajunya, ye kan?), atau bros (saya jarang beli bros, saya akan beli kalau modelnya benar-benar saya suka), atau sepatu (saya hanya punya tiga pasang untuk kerja merangkap main).

Tapi, saya menemukan 2 barang ini yang rupanya punya kenangan tersendiri untuk saya dan sekarang jadi koleksi yang mungkin salah satunya sudah bukan zamannya lagi.

1. Buku
Saya mulai jatuh cinta dengan buku ketika saya SMP. Saat itu, saya baru mengenal perpustakaan (dulu SD saya gak punya perpustakaan). Saya habiskan jam istirahat saya disana. Bukan buku pelajaran yang saya cari, tapi buku cerita, haha. Saya mulai kenal dengan buku kumpulan cerpen, novel, skenario drama, dan buku kumpulan puisi.

Salah satu baris di rak buku saya
Sejak saat itu, saya mulai ketagihan baca buku cerita dan mulai ingin menulis cerita saya sendiri. Sampai SMA dan kuliah, saya mulai mengoleksi antologi cerpen, puisi, dan novel, serta buku bacaan lain. Pernah waktu saya ada acara Silaturahmi Nasional di Jakarta bersama komunitas penulis, oleh-oleh yang saya bawa ke Lampung adalah buku. Pokoknya 1 tas penuh isinya buku semua. Ibu dan Abah saya sampai heran, hehe.

Karena ada satu sahabat saya yang tahu persis kebiasaan saya itu, maka setiap hari ulang tahun saya, ia memberi saya buku. Malah, seringnya saya yang disuruh milih sendiri di toko buku temannya dan ia yang membayar, hehe. Jadi, saya makin suka mengoleksi buku-buku itu.

Sayangnya, buku-buku saya itu banyak dipinjam teman dan tidak kembali dengan alasan yang beragam. Mulai dari selalu lupa untuk bawa pas ketemu, sampai entah dimana keberadaannya karena titip sana sini untuk mengembalikannya ke saya. Sayang sekali memang, mengingat saya mengumpulkan buku-buku itu satu per satu, juga ada beberapa buku hadiah yang kalau diganti pasti tidak akan sama rasanya, ya kan?

2. Kaset Tape Recorder
Masih adakah yang mengoleksi benda satu ini? Hehe. Iya, belasan tahun lalu saya memang mengoleksi kaset. Mungkin sekarang sudah gak ada ya. Tape  recordernya aja mungkin sudah gak diproduksi lagi. Pertama kali saya dikenalkan kaset ini ketika saya masih kecil, mungkin TK atau SD. Waktu itu lagu yang paling populer adalah Soleram. Jadi saya sampai hapal lirik dan musiknya.

Dulu pun lagu anak-anak memang punya lirik yang bagus, sesuai dengan umur anak-anak kala itu. Jadi, setiap ada penyanyi cilik yang mengeluarkan album, saya pasti minta ke ibu untuk dibelikan kasetnya. Sampai saya SMP dan mulai mengenal artis dari negeri seberang, kebiasaan saya itu belum hilang juga. Malah saya memilih kaset dari penyanyi luar negeri ketimbang artis dalam negeri. Padahal harga kasetnya lebih mahal kan?

Sedikit dari banyak koleksi kaset saya 
Waktu itu saya suka sekali dengan Britney Spears, Westlife, dan M2M. Jadi ketiga artis inilah yang beberapa albumnya, saya punya selain kaset lain yang saya beli hanya karena lihat lagunya ada yang saya suka. Saya sampai menyisihkan uang jajan lho demi membeli kaset-kaset ini, haha.

Sekarang, kaset-kaset itu juga sudah ada yang hilang entah kemana. Lagipula saya juga sudah gak punya tape recorder yang bisa menyetel kaset-kaset itu. Mengingat koleksi yang satu ini, saya sering tersenyum sendiri. Punya kaset terbaru dari penyanyi kesukaan itu bahagianya luar biasa. Beda dengan sekarang kan ya, yang bisa unduh lagu secara gratis dan kadang gak ada perjuangannya.

Nah, itulah 2 barang koleksi yang ada di rumah (orang tua) saya. Mengingat saya masih bingung mau ditaruh mana koleksi saya itu di rumah sendiri, jadi untuk sementara ini tetaplah disana.
Kalau barang koleksimu apa saja?


29 November 2018

Day #10, 5 Rekomendasi Musik Untuk Pernikahanmu, No. 1 Paling Menyentuh

Ihiiyy dengar judulnya saja mungkin ada yang main deg-degan ya menyambut hari bahagia. Iya, biasanya akhir tahun begini pada kejar-kejaran ke KUA. Biar tahun baru juga punya lembaran baru, hehe.

Saya jadi ingat tiga tahun yang lalu, ketika saya menyiapkan banyak hal untuk pernikahan saya. Memang pada dasarnya saya punya keinginan untuk membuat acara pernikahan saya sesuai dengan keinginan tanpa keluar dari aturan-aturan yang diajukan orang tua saya. Mulai dari konsep pernikahan dengan nuansa pink sesuai warna kesukaan saya, desain undangan, desain baju pengantin, suvenir, sampai pengisi acara berikut lagu apa saja yang akan saya putar selama acara.


Konsep saya sebenarnya sederhana, saya ingin lagu-lagu yang diputar adalah tentang kebahagiaan. Pasti ada saja kan yang muter lagu sedih atau gak rela ditinggal menikah, hehe. Nah, saya gak mau putar lagu semacam itu. Jadi, bagi kamu yang mungkin juga punya konsep yang sama dengan saya, nih saya tambahin judul lagu yang bisa kamu tambah di daftar musik untuk mengisi acara sakralmu.
Sebenarnya saya punya banyak judul lagu, tapi saya pilih yang paling dalam maknanya menurut saya. Liriknya juga punya makna yang mendalam. Cek yuk!

1. Shane Fillan – Beauty In White
Ini lagu yang bagi saya paling menyentuh. Dari liriknya saja, saya bisa membayangkan bagaimana kisah dua orang yang saling jatuh cinta hingga menjadi sepasang kekasih. Di bagian akhir liriknya juga digambarkan bagaimana impian mereka ketika sudah memiliki anak perempuan yang cantik, yang pada saatnya nanti juga akan bertemu dengan laki-laki pilihannya. Saya kutipkan sedikit liriknya ya.

So as long as I live I'll love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight

You look so beautiful in white
So beautiful in white
Tonight

And if our daughter's what our future holds
I hope she has your eyes
Finds love like you and I did
But when she falls in love we'll let her go
I'll walk her down the aisle
She'll look so beautiful in white


2. George Benson – Nothing’s Gonna Changes My Love For You
Pastinya sudah banyak orang yang kenal dengan lagu ini. Lagu lama sekali tapi legendaris dan sampai sekarang masih terkenal karena lirik dan musiknya yang bikin baper, hehe. Apalagi lagu ini juga pernah dipakai untuk soundtrack film kartun “Up” yang sampai sekarang pun masih dikenang banyak orang.

Hal ini juga tidak terlepas dari liriknya yang membuat baper para pendengarnya. Coba saja lihat beberapa lirik ini.

Our dreams are young and we both know
They'll take us where we want to go
Hold me now, touch me now
I don't want to live without you

Nothing's gonna change my love for you
You oughta know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love


3. Joy Tobing – Semua Karena Cinta
Ini juga termasuk lagu lama yang masih banyak dinyanyikan sampai sekarang. Pada liriknya, jelas sekali bagaimana seseorang itu membuka lembaran barunya karena sebuah cinta. Mungkin saya dan beberapa pembaca juga sepakat kalau lirik lagu ini bisa membuat suasana pernikahan jadi haru bahagia.

4. Kahitna – Menikahimu
Lagu apa dari Kahitna yang gak punya kesan mendalam? Hehe. Saat menemukan lagu ini, saya langsung jatuh cinta dan bisa membayangkan bagaimana suasana pernikahan itu sendiri (waktu itu saya sedang mempersiapkan acara pernikahan saya). Dari lirik pertamanya saja, kita sudah disuguhi cerita perjalanan cinta sepasang kekasih yang pada akhirnya melaksanakan janji sucinya.

Menantimu
hingga saat cintaku temukan dirimu
usai sudah sampai disini
berdiri melabuhkan asmara

5. Tulus – Teman Hidup
Kalau lagu yang ini, dari judulnya saja sudah tergambar bagaimana isi liriknya ya. Saya ingat sekali saya minta lagu ini dinyanyikan oleh teman saya yang waktu itu mengisi acara di pernikahan saya. Sambil dengar lagu ini, saya dan suami yang waktu itu duduk di kursi pengantin, malah saling menunduk malu padahal ingin sekali saya bilang seperti apa yang ada di lirik itu, hihi. Ini ya saya kasih liriknya.

Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
berdua kita hadapi dunia
kau milkku ku milikmu kita satukan tuju
bersama arungi derasnya waktu

bila di depan nanti
banyak cobaan untuk kisah cinta kita
jangan cepat menyerah
kau punya aku
ku punya kamu
selamanya akan begitu

Nah, itu dia 5 rekomendasi lagu yang bisa kamu tambahkan di daftar putar musik untuk mengisi acara pernikahanmu. Bagi yang akhir tahun ini akan melangsungkan pernikahan, semoga dilancarkan ya...

Baca juga : Wedding Anniversary Gaya Saya

28 November 2018

Day #9, Dear, Laki-Laki

Untuk hari ke 9 ini, saya pilih ganti tema saja karena memilih 5 blogger rasanya sulit. Kenapa? Karena saya punya banyak blogger yang jadi panutan untuk saya. Jadi daripada saya bingung pilih yang mana, mending saya ganti tema, hehe.

Sebenarnya sudah lama saya tulis surat ini dan saya pernah bilang disini untuk memposting surat saya. Hm, tapi yang ini ada beberapa bagian yang saya edit karena terlalu pribadi, haha. Agak malu juga sih mau posting ini, tapi gak apa-apa deh sekali-sekali ya. Demi tema...

ooo

Dear, Laki-laki yang kupanggil Mamas

Kamu lagi apa?
Ini pertanyaan yang dari dulu buat aku ketawa. Awal ditanya ini sih Cuma senyum-senyum geli gimana gitu. Dulu, kita pertama chatting lewat facebook ya? Atau pertama kali berkirim sms? Dulu kita belum kenal sama whassapp ya? Boro-boro kenal, ponsel aja masih yang hanya bisa untuk nelpon, sms, setel musik, paling banter untuk denger radio, hehe.

Sekarang lagi apa?
Ini pertanyaan kedua setelah pertanyaan pertama tafi aku jawab dengan berbagai macam tulisan. Entah lagi baca buku kah, atau lagi tiduran aja, atau lagi makan. Jadi di pertanyaan yang kedua ini, sebelum aku ketik jawaban, aku ngakak dulu. Ini jadi refrain deh. Gak ada pertanyaan lain lagi apa? Semisal habis ini mau ngapain lagi? #eh itu sama aja ya? Haha.

Itu dulu, dan sampai sekarang, sampai kita menikah dan lagi kerja di tempat masing-masing, aku selalu kamu suguhi dengan pertanyaan yang sama setiap kali memulai percakapan. Sekarang mah sudah ada WA ya, jadi bisa langsung balas dan gak harus ngetik jawaban panjang-panjang dulu demi mengirit pulsa untuk balas, haha.

Aku mau bilang terimakasih kalau kamu yang mulai percakapan duluan. Kamu tahu gak, di tempat kerja kita masing-masing, kita bersosialisasi dengan siapa aja, ketemu dengan berapa banyak orang, atau malah sendirian di ruangan. Tersenyum dan menyapa berbagai jenis karakter orang, marah-marah gak jelas, ngedumel dalam hati. Ketika kita saling chat, seolah ada udara sejuk yang menyapa wajah kita. Perasaan kita juga jadi adem dan merasa seolah masing-masing kita hadir untuk sekadar menyapa.

Jadi, gak apa-apa kamu terus mengawali percakapan kita dengan pertanyaan “Dek lagi apa?” walaupun itu terkesan monoton. Tapi percayalah, kalau kamu mulai dengan pertanyaan lain, malah aku yang jadi disorientasi, hehe.

Dear, laki-laki yang kupanggil Mamas,
“Aku cantik gak?”
Mungkin kamu bosan ya mendengar pertanyaan itu dari mulutku yang hampir setiap hari. Kalau dibuat serius, mungkin kamu bakal susah untuk jawabnya. Mau dijawab jujur dengan bilang “gak cantik”, pasti aku manyun. Tapi kalau jawab gak jujur berarti ya bohong. Lalu kamu pasti menjawabnya dengan “iya” sambil tersenyum.

Ironisnya, gak Cuma sampai disitu aja pertanyaannya. Masih ada lanjutan pertanyaan seperti kamu melanjutkan pertanyaan yang sudah kita ulas tadi.

“Cantik aja apa cantik banget?”
Ini juga pertanyaan yang mungkin bikin kamu galau. Jawab jujur atau gak. Tapi toh kamu hampir selalu menjawabnya dengan pilihan kedua. Adakalanya memang kamu memilih jawaban pertama, tapi seperti yang sudah aku bilang tadi, aku akan cemberut dan memukul bahumu. Tidak ada pilihan ya? Haha.

Di lain waktu, aku juga hampir selalu menanyakan apakah sayur yang aku masak rasanya enak atau ada yang kurang. Sebagian besar jawaban kamu sudah bisa ditebak. “Enak.” Hanya beberapa kali saja kamu jawab kurang asin atau kurang apa gitu, seperti tidak tahu rasanya memang ada yang kurang. Padahal kalau dipikir lagi, mungkin masakanku rasanya pas-pasan. Maklum ya, aku baru menyentuh dapur ketika aku menikah denganmu.

Pada intinya, aku hanya mencoba untuk membuat kita seperti sepasang anak muda yang saling gombal-gombalan walaupun kebanyakan gombalannya malah dari aku. Mungkin ini lucu mengingat usia kita sudah beranjak dewasa, tapi percayalah dengan ini kita bisa jadi lebih awet muda. Lagipula siapa lagi coba yang mau ngegombalin aku selain kamu sebagai suamiku? :P

Saya dan Mamas
Dear, laki-laki yang kupanggil Mamas,
Kalau diperhatikan, kamu sering sekali kasih kode ke aku. Misalnya, seperti sore itu sepulang kita kerja. Kamu sengaja memperlambat laju motor dan bilang,

“Kayaknya makan yang anget-anget enak ya?” padahal sore itu panas, gak hujan. Tapi aku langsung nyambung karena aku inget gak jauh dari situ ada warung bakso.

“Bilang aja kalau mau beli bakso.” Ya benar saja kita berhenti di depan warung bakso. Walaupun kita Cuma beli satu bungkus yang nanti kita makan bersama karena seringnya aku gak habis mau makan semangkuk bakso sendirian, tapi rasanya kamu lega karena aku sudah bisa memecahkan kode kamu.
Kadang aku sengaja untuk gak merespon kode yang kamu kasih padahal aku tahu. Sengaja, biar kamu bilang secara langsung. Tapi kelamaan. Kadang aku juga males main kode-kodean kalau suasana hati sedang lelah. Dan kamu biasanya biasa aja, gak ambil pusing, atau aku aja yang gak bisa baca ekspresi kamu yang kebanyakan datar aja?

Itu kalau kamu yang kasih kode?
Kalau aku yang kasih kode sepertinya kamu jarang banget bisa memecahkan kode yang aku kasih. Mungkin memang benar ya, laki-laki itu paling gak bisa baca kode yang perempuan kasih. Gak apa-apa. Ini namanya belajar. Bukankah kita dipertemukan biar kita saling memahami?

Dear laki-laki yang kupanggil Mamas,
Sudah ah buat suratnya. Bersyukur banget kalau kamu mau baca ini tanpa melewati bagian manapun. Gak berharap banyak sih, tapi apa salahnya mencoba berkomunikasi dengan surat seperti jaman dulu sebelum ada ponsel ya, hehe.

Oh iya, tetaplah jadi laki-laki penyayang walaupun gak pernah romantis. Aku mencintai kamu kok.

Istrimu,

27 November 2018

Day #8, 5 Barang Yang Selalu Ada di Tas

"Ransel ransel ransel ransel,aku ransel terisi penuh,berisi barang ini dan itu,semua barang yang kau perlu tersedia hanya untukmu. ransel ransel ransel ransel yeee !"

Siapa disini yang suka bawa tas ransel kemanapun pergi? Seperti si Dora itu. Isi tasnya banyak dan bermacam-macam. Bahkan ada petanya juga lho, hehe.

Ini tas ransel mini saya. Walaupun mini bisa muat banyak juga.
Saya salah seorang yang suka sekali bawa tas ransel. Dari dulu, saya jarang sekali punya tas selempang, boro-boro tas cantik ala-ala perempuan anggun itu. Dengan membawa tas ransel, kedua bahu saya juga punya beban yang sama. Selain itu, tas ransel itu bisa muat apapun. Dari barang kecil semacam lipbalm, sampai barang besar seperti laptop.

Sebenarnya isi tas saya itu gak banyak, tapi tetap ya ada beberapa barang yang kemanapun saya pergi, rasanya hampir selalu ada di tas saya. Apakah itu? Yuk intip!

Dompet
Whoaaa ini gak perlu disebutkan alasannya lah ya. Gak mungkin kan kemana-mana tanpa bawa dompet? Walaupun isinya kadang cuma KTP dan beberapa lembar uang ribuan, tapi kalau ditinggal bisa berabe.


Air minum
Ceritanya lagi mendukung gerakan Go Green ini. Jadi daripada beli air minum kemasan yang kalau sudah habis botolnya bakal dibuang, mending bawa minum sendiri dari rumah. Walaupun sebagian orang menganggap beli air minum di jalan itu lebih praktis, tapi saya merasa bawa minum sendiri lebih hemat dan ramah lingkungan. Gak apa-apa repot sedikit, demi sayang sama bumi, hehe.

Ponsel dan chargernya
Ini juga salah satu barang yang selalu ada di tas. Tahu sendiri sekarang dimanapun dan kapanpun pegangannya ponsel. Gak lagi jalan, lagi jajan, lagi makan, bahkan lagi kumpul bareng pun yang dipegang malah ponsel. Dan karena ponsel saya ini keluaran lama dan sudah sepuh, makanya daya tahan baterainya juga sudah gak lama. Alhasil saya harus bawa chargernya juga kemana-mana. Apalagi kalau bepergian jauh. Mampir di warung makan pun matanya jelalatan cari colokan listrik, haha.

Kosmetik dasar
Saya ini sebenarnya bukan tipe perempuan yang suka dandan. Paling males deh kalau sudah suruh pakai bedak tebal, eye shadow, dan teman-temannya. Tapi, gak mungkin juga dengan muka polos kemana-mana. Apalagi kerjanya juga di garda depan yang ketemu banyak orang. Jadi mau gak mau setidaknya pakai bedak lah ya. So, dompet cantik yang gak bisa dipisahkan dari isi tas saya isinya hanya pelembab, bedak, lipbalm, dan lotion.

Tapi, diantara kosmetik paling standar itu, yang paling gak bisa ketinggalan adalah lotion. Kenapa? Karena kulit saya ini tergolong mudah kering kalau terlalu lama di ruangan dengan pendingin udara. Juga biasanya rasanya gak enak aja kalau habis dari bermain air, ya cuci tangan, cuci piring, atau apapun yang berhubungan dengan air. Jadi lotion ini harus ada kemanapun saya pergi.

Sepasang Alat Tulis (Buku catatan kecil dan pena)
Walaupun sudah ada ponsel pintar yang menyediakan fitur catatan, tapi saya merasa kurang klop kalau gak bawa pena dan buku catatan kecil. Saya terbiasa mencatat apapun yang melintas di kepala saya. Kalau kata penulis yang sudah pro, jangan biarkan ide melintas sia-sia. Jadi, kapanpun ada lintasan ide akan saya catat secepatnya.

Alasan lain saya bawa pena kemana-mana juga karena biasanya pena di meja kerja saya ini punya kaki. Sering hilang dari pandangan, kadang kembali diam-diam, hehe. Jadi daripada emosi hanya gara-gara pena hilang, lebih baik saya bawa aja kemana-mana. Siapa tahu di tengah jalan ada yang minta tanda tangan kan? Hwahaha.

Nah itulah 5 barang yang selalu ada dalam tas saya selain barang-barang lain yang kadang bawa, kadang ditinggal. Kalau isi tas kamu apa aja?


26 November 2018

Day #7, 5 Warung Makan Favorit Saya di Lampung

Yuhuuu yang suka kulineran sewaktu jalan-jalan, pasti lah yang dicari makanan dengan rasa enak dan bikin nagih. Apalagi kalau mengunjungi kota yang baru pertama kali dijejaki. Tapi pernah gak sih, pas kita jalan-jalan dan ingin kulineran, kita gak tahu harus cari makanan enak dimana? Mana gak ada teman yang bisa merekomendasikan tempat makan. Duh, jadi bingung kan?

Sumber : Pixabay
Nah, kali ini saya akan coba posting beberapa tempat makan di Lampung yang menurut saya enak makanannya, ramah pula di kantong harganya. Yuk yuk langsung ke TKP!

1. Pindang Sehat
Dari namanya saja sudah bisa ditebak ya, makanan yang dijual disini bisa dibilang sehat. Sebenarnya saya tidak terlalu menyukai pindang. Saya lebih memilih sop atau soto ketimbang pindang. Padahal saya lahir dan tinggal di pulau Sumatra yang memang terkenal dengan aneka macam pindang. Tapi, pertama kali mencoba pindang disini, saya merasa ada sesuatu yang berbeda. Kuah pindangnya berasa banget rempahnya dan cocok di lidah saya. Sejak saat itu, saya jadi ketagihan makan di warung ini.

Plang depan warungnya
Karena sudah ada beberapa cabang, maka Rumah Makan Pindang Sehat bisa ditemukan di beberapa tempat di Lampung. Rumah makan pertamanya ada di Gunung Sugih, Lampung Tengah. Menurut saya, disinilah yang paling ramai. Menunya paling lengkap.

Dari namanya saja sudah bisa ditebak ya, makanan yang dijual di sini bisa dibilang sehat. Dari spanduk yang dipasang di beberapa sisi dinding, beras yang digunakan adalah beras organik (selagi persediaan ada), sayur segar, ikan yang diolah langsung dari kolam, dan bumbu tanpa penyedap. Tempatnya juga bersih dan hommy banget karena ada yang berada di dalam rumah, dan ada yang diluar (semacam ada pondokan begitu).

Rumah Makan Pindang Sehat bisa ditemukan di beberapa daerah di Lampung karena memang sudah ada beberapa cabang. Rumah makan utamanya ada di daerah Gunung Sugih, Lampung Tengah. Kalau saya pas ke daerah sana, saya hampir selalu mampir untuk makan disana. Kalau ke arah Metro, saya juga tidak melewatkan makan siang disana. Atau yang paling dekat dengan tempat tinggal saya di Bandar Lampung, saya juga beberapa kali kesana.

Ayam bakar lengkap dengan lalapan dan kuah pindang
Menu yang tersedia beraneka macam. Mulai dari pindang patin, ayam bakar, ikan goreng, dan olahan seafood lain yang rasanya mantap. Enaknya makan disini, kalau kita pesan ayam bakar atau olahan ikan, kita juga akan dapat kuah pindangnya lengkap dengan sambal dan lalapan yang melimpah. Tambahannya lagi, ada kerupuk dan pisang gratis. Air minumnya juga sembarang air minum galon, tapi air mineral bermerk yang terkenal higienis.

Untuk harganya, gak perlu khawatir akan menguras isi dompet. Untuk seporsi ikan mas bakar lengkap dengan sambal, kuah pindang, dan lalapan melimpah, cukup dengan Rp 17.000,- saja. Untuk menu lain juga bisa dibilang relatif murah. Maka tak heran kalau rumah makan ini hampir selalu ramai saat jam makan siang.

2. Soto Lamongan Mbok Iyem
Warung soto ini letaknya di pusat kota Bandar Lampung, tepatnya di Jl. Kartini, sebelah kanan jalan sebelum Pasar Bambu Kuning. Tempatnya memang tidak luas, hanya ruko kecil yang dipasangi spanduk dengan tulisan besar “Soto Lamongan Mbok Iyem”.

Soto Bu Iyem
Selain karena sotonya yang endeus banget, pemiliknya dan pekerjanya juga ramah. Malah kadang saya juga diusili dan itu membuat saya merasa akrab dengan mereka. Menu andalan ya jelas soto lamongan dengan kuah kentalnya yang gurih. Juga ada pecel lele dengan sambalnya yang pedas segar. Saya sarankan bagi yang gak bisa makan pedas tapi ingin mencicipi sambal disini, kalau pesan pecel lele atau ayam goreng yang ada sambalnya, yakinkan bahwa sambalnya jangan terlalu pedas.

Untuk harga, soto lamongan biasa cukup dengan Rp 18.000,-/porsi lengkap dengan nasi atau lontong. Yakin lah sudah kenyang dan pengen kembali makan lagi keesokan harinya. Oh iya, jangan kaget kalau kesini pas jam makan siang, ramai!

3. Mi Aceh Saba Bena
Walaupun tinggal di Lampung, tapi bukan berarti gak ada makanan khas dari daerah lain kan? Itulah kenapa ada tempat makan ini. Mi Aceh Sabana. Lokasinya ada di Jl. Mata Intan, depan Darma School Bandar Lampung. Saya kesini karena awalnya didorong oleh rasa penasaran. Seperti apakah mi aceh itu?

Rupanya, saya menyambangi tempat yang benar. Mi aceh disini rasanya pas di lidah saya. Minya kenyal dan kuahnya gurih banget. Selain mi aceh, disini juga tersedia roti cane, martabak telur, dan nasi goreng. Untuk minumannya, bisa memesan kopi aceh biar berasa seperti sedang berada di Aceh.
Salah satu hal yang saya suka dari tempat ini adalah tata letaknya yang terkesan santai dan tidak kaku. Kata suami saya, tempat nongkrong di Aceh ya begini. Tempatnya yang cenderung terbuka dengan angin semilir, kursi-kursi plastik dengan sandaran dan tempat masak berada di depan, membuat saya merasa lebih santai. Adakalanya juga saya bisa melihat bagaimana mereka membuat martabak telur di atas wajan besar. Itu mengingatkan saya pada martabak Har yang banyak dijual di Palembang.

Untuk harga, seporsi mi aceh biasa cukup dibayar dengan Rp 13.000,- saja! Sudah murah, enak, kenyang lagi. Untuk roti cane keju, cukup dengan Rp 8.000,-/porsi. Ramah di kantong kan? Hayuk dicoba!

4. Bakso Lapangan Tembak
Nah, bagi yang suka jalan-jalan ke mall, ada satu tempat makan yang jadi favorit saya. Namanya Bakso Lapangan Tembak. Berada di dalam Mall Boemi Kedaton, menjadikan tempat ini selalu ramai, gak pandang jam makan. Siang, sore, malam, ramai terus pokoknya. Tempatnya juga dibuat sedemikian rupa sehingga kita merasa ada di teras rumah dengan pohon di sekelilingnya. Ornamen jendela dan lampu-lampu hias terpajang di dindingnya.

Walaupun namanya Bakso Lapangan Tembak, tapi menu yang dijual bukan hanya bakso saja. Ada berbagai macam menu, seperti soto, ayam goreng mentega, tongseng kambing, juga aneka macam mi. Favorit saya adalah tongseng ayam dan bihun goreng. Tongsengnya nendang banget, terasa rempahnya. Bihun gorengnya pun gurih dan lembut. Oh iya, saya juga merekomendasikan menu ayam goreng mentega untuk yang mau makan berat (kan kalau belum makan nasi, katanya belum makan ya hehe). Ayamnya lembut dan saus menteganya itu maknyus!

Walaupun tempatnya di dalam mall, tapi harga makanan dan minumannya masih relatif murah kok. Untuk ayam goreng mentega, bisa didapat dengan Rp 30.000,-/porsi, bihun goreng pun hanya Rp 22.000,-/porsi. Mau coba? Monggo kesini.

5. Ayam Bakar Mbok Jum
Nah, kalau perut lapar dan ingin makan yang puas, disini tempatnya. Ayam Bakar Mbok Jum sudah tersebar di beberapa titik di kota Bandar Lampung dan Natar. Menu andalan dan menurut saya paling enak ya ayam bakarnya. Disini, kita bisa mencoba 2 macam sambal untuk ayam bakar. Sambal goreng merah dan sambal terasi. Keduanya bikin nagih walaupun membuat mulut terasa terbakar karena pedas mantabnya.

Disini, kita juga bisa memesan paket atau satuan. Kalau saya sukanya pesan per paket. Bisa dapat nasi putih, ayam bakar, lalapan, 2 jenis sambal, semangkuk sayur asem, dan es teh. Lengkap kan? Harganya juga sangat sangat terjangkau. Hanya Rp 20.000,-/paket!

Makanya saya dan rekan saya kalau lagi ada agenda keluar, suka kesini juga pas makan siang. Biasanya yang saya sambangi adalah warung yang berada di Jl. Pagar Alam, sebelah Umitra Lampung.

Oke, itulah 5 tempat makan favorit yang saya rekomendasikan untuk dicoba ketika ke Lampung. Sebenarnya masih banyak tempat makan yang biasa saya sambangi dan rasa makanannya juga sedap-sedap. Mungkin di postingan berikutnya akan saya tulis lagi ya.

Sudah mulai lapar? Buruan kesana ya!

Baca juga : Resep Soto Betawi

25 November 2018

Day #6, 5 Fakta Tentang Saya

Whoaaa...! Kalau bukan gegara BP Challenge, mungkin saya gak akan nulis tentang ini, haha. Baiklah, gak usah panjang lebar pengantarnya. Pasti sudah penasaran kan? Hayo, siapa yang sudah kenal sama saya? Berikut 5 fakta tentang saya yang mungkin belum kamu tahu (serasa jadi artis dadakan, wkwkwk).

Mikirin fakta-fakta tentang saya sediri, hehe
1. Penakut
Iya, serius! Saya ini termasuk perempuan yang penakut. Ditinggal di rumah sendiri pun takut. Dari dulu, saya pun gak berani tidur sendiri, dan karena di rumah ada 3 anak perempuan, jadi saya pasti akan tidur dengan salah satu adik saya itu. Sampai kuliah, sampai saya kerja, saya gak pernah tidur sendiri. Makanya waktu sempat kerja di Palembang dan harus di kosan sendiri, saya akan menyalakan kipas angin atau tv semalaman, haha. Tujuannya biar gak sepi senyap.

Maka dari itu pula, saya gak pernah mau nonton film horor. Kalaupun saya nonton, itu pasti dipaksa dan pasti ada teman nontonnya. Kalau sudah selesai nonton film horor, saya akan minta nonton film komedi atau drama romantis biar yang diingat adalah film komedi atau film romantisnya.

2. Penyuka Film
Saya sangat suka nonton film Asia dengan genre drama komedi romantis atau detektif, tapi tidak dengan film laga. Mungkin karena pada dasarnya saya ini melankolis ya, jadi sukanya ya film-film romantis begitu. Sebenarnya saya juga suka film layar lebar Indonesia. Tapi lebih pada film dokumenter atau film dengan tema tertentu, bukan film Indonesia yang horor atau cinta-cintaan anak muda.

Ketika nonton film-film itu, saya bukan hanya mengikuti ceritanya, tapi malah lebih ingin melihat bagaimana para aktris dan aktor itu memerankan tokohnya. Juga bagaimana sutradara mengarahkan adegan dan bagaimana cara pengambilan gambarnya. Karena saya kebanyakan mengamati hal-hal itu ketimbang ikut alur ceritanya, saya bahkan pernah ingin buat skrip sendiri dan mengirimkan ke abang sutradara, haha. Impian saya terlalu jauh ya.

3. Kalah Sama Matematika
Ini beneran fakta. Haduh, sebenarnya saya malu sendiri nulis ini. Tapi, begitulah adanya. Saya memang paling gak bisa kalau sudah menghadapi soal matematika (soal-soal lainnya juga kadang gak bisa sih, hehe). Dari SMP, nilai matematika saya pas-pasan, gak meningkat ketika SMA. Tapi anehnya, waktu saya malah memilih jurusan matematika di pilihan kedua ketika saya mendaftar kuliah, haha!

Untung pilihan pertama yang lulus. Saya makin sadar sangat lemah di bidang ini ketika kuliah. Nilai untuk bidang studi Matematika Dasar I sampai Matematika Dasar III dan Statistik, hampir semua C, hufftt. Dan karena saya memang gak bisa, jadi saya malas untuk mengulangnya. Gak apa-apa deh nilainya jadi ikatan karbon gitu.

4. Diam-diam Penggemar JKT48
Haha, iya ini benar. Bukan penggemar berat sih, tapi lebih pada suka dan sering nyanyi lagu-lagunya. Ketika menulis ini pun, saya ditemani lagu-lagunya JKT48. Di usia saya yang sudah terbilang tua ini, mungkin agak aneh ya. Tapi begitulah.

Saya suka pada bagaimana komitmen mereka untuk bersaing dengan sehat bersamaan dengan persahabatan yang harus selalu tetap dijaga. Saya suka pada bagaimana mereka harus selalu kompak dalam satu grup besar yang anggotanya lebih dari 30 orang. Bisa dibayangkan? Saya aja gak kebayang, hehe. Saya suka pada beberapa lirik lagunya yang kalau didengar lagi, ada pesan yang mendalam. Salah satunya lagu “Disini Rhodes, Lompatlah!

Saya kutipkan sedikit liriknya ya,

Janganlah kau menoleh ke belakang
Segala usahamu ataupun semangatmu
Tak perlu kau ucap
Tunjukkan saja dirimu sekarang

5. Susah Menghafal Nama dan Jalan
Ini yang saat ini susah sekali saya rubah. Saya harus bertemu dengan orang baru beberapa kali dulu untuk mencocokkan nama dengan wajahnya. Hal inilah yang sering membuat saya malu, dikira saya sombong karena tidak menyapa orang yang baru beberapa hari saya kenal. Beberapa bulan lalu saya pernah mengalaminya.

Jadi ceritanya saya ini masih termasuk orang baru di komplek perumahan yang saya tempati. Memang seminggu sebelumnya ada acara kumpul ibu-ibu, ya untuk saling kenal nama dan rumahnya. Nah, saya bertemu dengan salah seorang ibu di warung. Ia menyapa dengan menyebut nama saya. Ironisnya saya malah berfikir kenapa ibu ini tahu nama saya, haha. Setelah ia meyakinkan bahwa saya adalah tetangga barunya, barulah saya tersipu dengan sangat malu. Duh, kenapa ibu yang lebih tua dari saya ini malah lebih mudah hafal, padahal waktu pertemuan itu bukan hanya saya penghuni baru di komplek perumahan.

Satu lagi yang sangat susah saya hafal adalah arah jalan. Bahkan sudah tiga tahun menikah pun, saya masih suka bingung harus lewat jalan yang mana untuk sampai ke rumah mertua saya, haha! Sebenarnya bukan mutlak kesalahan saya lho, mas suami yang sering lewat jalan alternatif yang berbeda-beda. Jadi ya begitu, kalau saya harus menunjukkan jalan ke rumah mertua saya, harus lewat jalan utama yang dilalui angkutan umum (dan itu rute terjauh, gak apa-apa yang penting gak nyasar ya, hehe).

Sebenarnya masih banyak sih fakta-fakta tentang saya yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat luas (bahasanya sudah berasa ngaktris banget ya, hehe). Tapi ya, 5 aja cukup lah. Takut diintai kalau terlalu banyak fakta yang diketahui :P

Kalau fakta tentang kamu apa saja nih? Cerita ya di kolom komentar!

24 November 2018

Day #5, Ada Berapa Media Sosialmu?

Siapa yang tidak kenal media sosial hari ini? Atau siapa yang tidak punya akun media sosial di jaman yang katanya penuh dengan teknologi? Pasti akan dibilang kudet alias kurang update kalau gak punya akun media sosial, apalagi kalau gak tahu apa dan bagaimana cara menggunakannya.

Dari dulu sampai sekarang, sebenarnya saya gak terlalu banyak pakai media sosial. Saya lebih mempertimbangkan pada kegunaan dari masing-masing media itu. Misalnya, saya pakai whassapp lebih karena praktis dan gak ribet. Selain karena memang hampir semua orang yang ada di kontak ponsel saya pakai whassapp, aplikasi ini juga gak banyak iklan. Lalu saya memilih Instagram, juga karena saya menyukai dunia fotografi.

Ada beberapa akun media sosial yang pernah dan sampai sekarang masih saya punya. Sebagian memang sudah jadi kenang-kenangan saja karena tergantikan dengan media sosial yang lebih baru dan tentunya dengan fitur yang lebih mudah dan praktis.

Friendster/FS
Ini adalah media sosial pertama yang saya punya. Saya tahu ini pun ketika saya mulai masuk kuliah. Ingat kan dulu, media sosial belum sesemarak sekarang ini. Itupun saya mengenalnya karena seorang teman yang tanya apakah saya punya FS. Saya jadi penasaran dan langsung buat akunnya beberapa jam kemudian, hehe.

Saya agak lupa bagaimana tampilan FS ini dulu, tapi saya begitu ingat warna temanya. Merah. Masih ingat juga saya bagaimana saya dan teman-teman saling berkomentar disana. Begitu ada komentar masuk, rasanya seperti punya teman baru. Sayangnya media sosial ini tidak lama bertahan dalam hidup saya. Selain karena mungkin tersaingi dengan media sosial yang baru, juga karena fiturnya yang belum sepraktis media sosial lainnya. Pada akhirnya, FS ini pun menghilang dari dunia maya.

Facebook/FB
Ini media sosial ke dua yang saya punya. Waktu itu masih baru dan lagi booming, jadi saya dan teman-teman yang tadinya asyik dengan FS, mulai beralih ke FB. Fitur FB lebih banyak tapi praktis kala itu, selain karena tampilannya juga sederhana dan lebih bisa berinteraksi dengan teman-teman lainnya. Sampai sekarang, media sosial ini masih saya pakai walaupun gak sering saya lihat.

Flickr
Selain menulis, saya juga suka fotografi. Makanya impian saya dari dulu adalah punya kamera bagus yang fiturnya canggih, hehe. Waktu saya kerja di Palembang, saya bertemu dengan seseorang yang ternyata menyukai fotografi juga. Saya belajar sedikit tentang cara pakai kamera SLR miliknya dan dia yang kasih tahu saya media sosial ini. Katanya, bisa lihat foto-foto dengan angle bagus disini. Jadi saya buat deh akun ini.

Pertama kali buat, saya gak tahu harus posting apa dan ngapain, haha. Karena saya lihat hasil foto orang-orang yang sudah mahir dari luar Indonesia, makanya saya ikuti profilnya dan sering saya komentari juga. Akhirnya saya malah berteman dan saling komentar dengan orang asing, hehe. Saya masih punya akun ini sampai sekarang, tapi sudah sangat jarang saya pakai karena lagi-lagi saya lebih memilih yang praktis dan familier dengan teman-teman saya.

Twoo
Saya punya akun ini karena disini saya bisa posting tulisan saya, semacam ada di blog juga (kalau saya gak salah ingat). Tapi karena akun ini gak familier di kalangan teman-teman saya kala itu, saya jadi merasa sendirian dan asing. Apalagi, saya juga gak begitu paham dengan fitur-fiturnya, ada yang berbayar juga waktu itu. Saya gak mau pusing dan akhirnya saya tinggalkan begitu saja, hehe.

Twitter
Walaupun media sosial ini sudah sangat familier bagi banyak pengguna, tapi saya jarang menggunakannya. Lebih tepatnya saya agak malas untuk berkicau disana. Saya menggunakan twitter hanya untuk mengambil informasi penting dan bermanfaat. Selebihnya saya gak tahu mau ngapain, jadi ya untuk punya-punya saja, hehe.

Instagram
Nah ini media sosial yang sampai sekarang masih nempel di ponsel saya. Memang amsih terbilang sangat baru untuk saya. Sepertinya akun inilah yang pelan-pelan menggantikan akun Flickr milik saya. Disini saya bisa posting hasil jepretan saya dan sering juga kenarsisan saya sendiri.

Itu beberapa akun media sosial yang pernah dan sebagian masih saya punya selain yang saya hanya buat akun saja tapi jarang aktif. Begitu banyak media sosial dengan beragam fiturnya. Sayangnya, sekarang media sosial itu banyak digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Berita-berita yang belum terbukti faktanya bisa jadi cepat sekali menyebar lewat media-media sosial itu.

Sebenarnya tergantung kita saja, mau menggunakannya dengan bijak atau tidak. Kita punya pilihan untuk mempercayai atau harus mengkroscek ulang berita yang tersebar. Menyimpan atau malah menyebarkan berita hoak yang mampir di media sosial kita. Menghapus atau malah membiarkan konten negatif yang nyasar di media sosial kita.

Bagi saya, punya beberapa akun di media sosial itu sudah cukup. Saya ambil banyak manfaat dari sana. Jadi tahu komunitas yang sehobi dengan saya lewat media sosial. Jadi tahu informasi paling hangat lewat media sosial. Jadi semangat untuk mengembangkan hobi, juga lewat media sosial.


Kalau kamu, media sosial apa yang sampai sekarang masih kamu pakai?

23 November 2018

Day #4, Coba 5 Tips Ini Untuk Konsisten Blogging

Teman-teman penulis pun pasti pernah merasakan kekosongan ide untuk menulis, atau sebenarnya punya banyak ide tapi mau menulis malah kalah dengan drama dari negeri seberang, hehe. Saya sering begitu. Lagi semangat ingin nulis, buka laptop, eh lihat folder drama korea, haduh! Kalah deh semangat saya. Apalagi kalau gak ada event tertentu alias nulis biasa aja. Ada bahan diposting, gak ada bahan ya sudah. Itu penyakit paling kronis yang pernah saya idap.

Memang saya bukan penulis profesional yang tulisannya selalu nampang di blog untuk review produk atau give away, tapi saya ingin konsisten. Nah, dari beberapa tahun saya nyemplung di dunia kepenulisan dan blogging, saya punya beberapa tips agar semangat menulis dan blogging itu selalu ada. Kalau gak membara, setidaknya selalu hidup, hehe.

1 Buat daftar posting
Saya sadar saya ini pelupa. Khususnya kalau sudah banyak deadline. Dulu waktu saya masih selalu aktif ikut lomba kepenulisan, saya selalu siapkan papan kecil dari stereofoam atau kayu di kamar saya. Untuk apa? Biar saya bisa selalu lihat lomba apa saja yang bisa saya ikuti beserta deadlinenya. Dulu semangat saya selalu membara. Ikut lomba sana sini, walaupun hasilnya kadang menggembirakan, kadang juga gak ada nama saya di daftar pemenang. Gak masalah buat saya, karena seperti yang sudah saya bilang di tulisan saya sebelumnya, saya berusaha untuk selalu konsisten menulis. Menang itu bonus.

Rupanya, papan kecil ini masih efektif lho sampai sekarang. Tapi, sekarang gak melulu untuk lihat jadwal lomba, tapi lebih pada apa saja yang ingin saya kerjakan. Salah satunya untuk nempel daftar postingan. Pernah kan saking banyaknya ide berseliweran tapi belum sempat ditulis, pas ada waktu nulis malah bubar semua idenya? Hehe. Makanya saya selalu buat daftar posting ini.

Daftar posting ini juga rupanya cukup efektif untuk saya. Jadi saya merasa banyak sekali ide untuk ditulis. Otomatis, saya juga akan bersemangat untuk posting tulisan.

2. Blogwalking
Saya tertarik di dunia kepenulisan karena baca cerpen orang lain. Baca novel, baca buku, baca biografi, dan tulisan lainnya. Intinya saya tertarik karena saya tahu. Makanya pas saya mulai masuk dunia blogging, saya sering melirik blog orang lain. Apalagi waktu pertama kali saya diajari blogging, setiap buka browser, saya pasti buka blog kakak pengajar saya waktu itu, juga blog teman-teman yang saya ikuti.

Selain bisa lirik-lirikan tema dan gaya bloggingnya, blogwalking ini juga bisa menyemangati saya untuk posting. Kalau saya kehabisan ide, saya pasti blogwalking. Luar biasanya, saya hampir selalu mendapatkan ide baru untuk posting.

3. Ikutan lomba
Kalau urusan lomba menulis puisi atau cerpen, mungkin saya masih bisa jadi pemenang. Tapi kalau lomba blogging, saya ini bukan tipe pemenang. Serius! Sudah beberapa kali saya ikutan lomba blog dan semuanya gak menampilkan nama saya, bahkan dalam nominasi sekalipun! Haha. Tapi, apakah saya berhenti sampai disana? Pernah sih dalam hati saya berkata, ini yang terakhir lomba blog untuk review produk, kalau gagal lagi, gak akan saya ikut lomba berikutnya.

Tapi nyatanya, ikutan lomba itu nagih, Kawan! Saya bisa bertahan duduk di depan laptop sampai malam demi posting blog untuk lomba yang deadlinenya besok pagi. Atau saya bisa bela-belain untuk cari satu produk yang harus direview demi bisa diposting dan diikutsertakan dalam lomba. Sepertinya ada rasa penasaran dalam hati saya walaupun saya tahu saya gak akan menang. Tapi setidaknya saya sudah mencoba dan dengan begitu, saya pun sudah mengisi blog saya dengan satu tema lagi; review produk.

4. Gabung di komunitas
Nah, ini dia yang gak kalah penting. Gabung di komunitas dengan minat yang sama gak akan ada ruginya. Waktu jaman muda dulu, saya gabung di komunitas kepenulisan dan itu cukup efektif dalam memompa semangat saya untuk menulis.


Sekarang, ketika saya ingin terus konsisten untuk blogging, ya saya memilih untuk ikut gabung dengan komunitas blogging juga. Salah satunya disini, Blogger Perempuan. Sebenarnya saya termasuk anggota baru. Belum lama tinggal disini tapi serasa saya sudah menjadi keluarga sendiri.

Disini, saya mulai tahu bahwa untuk blogging, gak Cuma bisa nulis lalu posting, tapi juga mesti ada trik biar blog saya berkualitas. Saya mulai tahu, hal sesederhana warna saja bisa berpengaruh pada pembaca. Hal sesederhana menggunakan widget bisa mempengaruhi jumlah pengunjung. Hal sesederhana jenis huruf bisa sangat berarti untuk kenyamanan mata.

Saya juga merasakan perubahan signifikan pada pengunjung blog saya. Karena, di Blogger Perempuan, saya bisa bagikan link blog post terbaru saya. Juga, saya lebih mudah untuk blogwalking sesuai dengan tema yang ingin saya baca semisal tentang blogging, traveling, atau parenting. Semua ada. Terakhir, seringnya lomba blog yang diadakan bareng Blogger Perempuan.

5. Menulis, posting, lalu menulis dan posting lagi
Ini trik paling ampuh supaya tetap konsisten menulis. Teori hanya sebatas teks kalau gak diaplikasikan. Kalau Cuma baca teori tentang berenang tapi gak pernah nyemplung ke kolam renang, mana bisa tahu teorinya benar atau tidak kan? Begitu juga dengan blogging ini. Kalau saya Cuma baca teori dan selalu blogwalking saja tanpa pernah mau posting, ya isi blog saya tetap seperti rumah kosong.

Yah, itu beberapa tips saya untuk bisa terus berusaha konsisten dalam menulis dan posting blog. Apakah kamu punya trik lain? Jangan sungkan untuk komentar ya!

22 November 2018

Day #3, Ini Alasan Saya Pilih Azkia

Kenapa milih nama blog ini azkia-04.blogspot.com?

Jadi ceritanya dulu tuh saya suka sekali ngumpulin nama orang-orang. Waktu masih anak-anak, saya suka main orang-orangan yang dari kertas (BP-an gitu, mungkin ada istilah lain?). Nah, saya suka ngumpulin nama-nama orang biar tokoh saya punya nama yang gak pasaran pada jamannya. Sering saya punya imajinasi sendiri terhadap nama-nama itu. Misalnya, saya menyandingkan nama Widya dengan Lidya, saya bisa punya imajinasi tokoh apa yang bisa diperankan dengan kedua nama itu. Bisa jadi kedua tokoh itu punya sifat yang jauh berbeda hanya dengan mengganti huruf pertamanya.

Sumber : Pixabay
Dari sana, saya punya hobi yang mungkin agak aneh didengar. Mengumpulkan nama-nama orang. Saya suka menuliskannya di buku harian saya. Waktu SMP, bahkan saya usil nulis di buku cetak milik sekolah satu nama panjang lengkap yang bagi saya itu nama yang cantik sekali. Clarissa Maya Sofia. Gak tahu juga sih artinya apa, tapi dalam imajinasi saya dulu, perempuan yang punya nama itu saya bayangkan berperangai lembut, murah senyum, mata berbinar dengan rambut gelombang, yah, cantik lah. Aneh ya? Hehe (Ups! Ketahuan usilnya deh!).

Rupanya hobi yang sedikit aneh itu masih berlanjut hingga saya SMA. Kalau ke toko buku, setidaknya saya membuka satu buku kumpulan nama bayi. Saya tuliskan lagi nama-nama orang yang menurut saya punya arti yang bagus. Kali itu, saya agak bergeser ke nama yang kearab-araban, seperti Fadhil, Annisa, Aulia, dan Azkia. Dan, saya begitu suka dengan nama Azkia. Nama itu melekat erat di pikiran saya, bahkan hingga sekarang. Makanya, saya punya alamat email dengan nama azkia (sampai sekarang email itu masih saya pakai).

Sampai pada akhirnya, saya mulai mengenal blog. Karena waktu itu saya masih buta banget sama yang namanya blog, jadi saya gak tahu harus pakai nama apa untuk alamat blog saya ini. Jadilah saya pakai nama yang sudah melekat erat di pikiran saya. Azkia. Tapi seingat saya waktu itu, alamat blog ini tidak bisa hanya dengan azkia saja. Jadilah saya tambahkan embel-embel di belakangnya dengan angka 04. Tahukah kenapa? Itu tahun saya masuk kuliah (jadi ketahuan dah tuanya, haha).

Resmilah nama blog saya itu, azkia-04.blogspot.com. Masih gratisan sampai sekarang. Selain alamat blog, judul blog ini juga saya kasih nama Negeri Azkia. Hm, saya punya imajinasi tersendiri dengan nama ini.

Seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya (bisa baca disini), isi blog ini macam-macam seperti es campur. Mulai dari ocehan gak jelas, curhatan lebay, puisi melankolis, cerita ringan, review produk, sampai kisah perjalanan saya ke beberapa tempat. Makanya, saya membayangkan blog saya ini seperti sebuah negeri yang kalau ditelusuri, akan dapat banyak cerita.

Apakah saya ingin ganti nama blog? Untuk sekarang rasanya tidak. Saya merasa saya sudah punya imajinasi sendiri dengan nama itu. Mungkin kalau di kemudian hari saya ganti tema keseluruhan dan saya mulai menulis dengan fokus tertentu, saya akan ganti dengan nama saya sendiri. Tapi untuk kali ini, saya masih memilih nama azkia untuk blog saya.


21 November 2018

Day #2 Tema Blog Ini Seperti Es Campur?

Di tulisan pertama kemarin, saya sudah sedikit cerita tentang diri saya dan kenapa pada akhirnya saya suka ngeblog. Kali ini saya akan sedikit cerita tentang apa aja sih isi blog saya ini?

Jadi, sebenarnya saya itu banyak sukanya. Suka jalan-jalan, suka nyanyi-nyanyi, suka kulineran, suka ngomong sendiri juga, hehe. Makanya bagi yang sudah pernah blogwalking disini, mungkin sudah menemukan banyak sekali postingan tanpa fokus ke tema tertentu. Memang begitu, saya termasuk blogger yang random, suka-suka saya aja mau diisi dengan apa.

Awal ngeblog dulu, saya suka posting pusi dan cerpen karena saya mengawali dunia tulis menulis ini dengan jalan itu. Puisi-puisi saya yang sudah mampir di media, akan saya posting ulang disini. Atau malah puisi-puisi saya yang sudah lelah berkeliling, alias gak laku di media atau lomba-lomba. Begitu juga cerpen saya. Saya posting sebagai dokumentasi biar kalau di komputer hilang, masih bisa baca di blog. Tapi lama-kelamaan kok saya gak sreg ya. Rasanya seperti rumah yang dipenuhi perabot mahal tapi gak ditinggali oleh penghuninya. Rasanya gak ada cerita apapun disana.

Jadilah saya mulai isi dengan cerita-cerita ringan atau bahkan ocehan gak jelas saya. Cerita itu bisa dari pengalaman pribadi saya atau dari obrolan orang-orang di sekitar saya (masih ingat kan konsep pertemanan saya? Kalau cerita sama saya harus hati-hati, wkwkwk). Kalau saya sedang melankolis, saya akan iseng posting lirik lagu yang sedang saya suka atau foto-foto yang memuat kenangan lama. Jadi, semacam bernostalgia begitu.

Pernah juga sih saya posting resensi karena waktu itu ada tugas kepenulisan tentang resensi. Eh, malah jadi suka nulis resensi juga. Bagi saya nulis resensi itu susah –susah gampang. Saya harus baca dulu seluruh bukunya, memahami isinya, lalu saya tuliskan pendapat saya. Ini akan menjadi tantangan untuk saya, apakah resensi yang saya tulis ini membuat orang lain menjadi penasaran dengan bukunya dan ingin membeli atau malah jadi gak tertarik, hehe.

Waktu blogwalking, saya malah tertarik untuk ikutaan lomba blogging. Kebanyakan memang mengulas suatu produk. Saya sempat ikut beberapa lomba, dan hasilnya gak memuaskan, haha. Nama saya gak pernah muncul di daftar pemenang. Tapi bagi saya bukanlah menang atau kalah, tapi bagaimana menjaga kekonsistenan menulis. Nulis ya nulis aja, masalah menang atau kalah, itu bagian dari bonus.

Jadi pada intinya ya blog saya ini seperti es campur. Apa yang ingin saya tulis ya tulis saja. Tapi tetap saya rapikan dan saya kelompokkan, jadi pengunjung blog saya juga bisa lebih mudah memilih ruangan mana yang akan mereka kunjungi. Apakah resensi buku, review produk, curhatan, puisi, cerpen, atau jalan-jalan.

Salah satu tema yang saya suka, jalan-jalan
Bicara soal jalan-jalan, inilah tema yang paling saya sukai. Iya, karena saya juga suka jalan-jalan, jadi kurang lengkap rasanya kalau jalan-jalan saya itu belum tayang disini. Jadi semacan liputan dan dokumentasi bahwa saya pernah berkunjung ke suatu tempat. Saya juga punya impian untuk bisa berkeliling Indonesia dan menceritakan perjalanan saya itu di blog. Saya bahkan sudah mencatatnya di daerah mana saja yang sudah pernah saya kunjungi, dan daerah mana yang ingin saya kunjungi berikutnya.

Kalau lagi nulis soal jalan-jalan, saya seperti bisa mengenang kembali tempat-tempat yang saya kunjungi. Otomatis, saya akan merasa senang dan itu bisa menjadi moodboster tersendiri untuk saya. Apalagi sambil melihat foto-foto yang saya ambil. Makanya beberapa orang yang bersama saya waktu jalan-jalan, agak heran kenapa saya juga suka mendokumentasikan jalanan, icon kota, atau benda-benda yang sekiranya bisa saya ceritakan di tulisan saya selain foto saya sendiri.

Pada intinya,saya selalu berfikir bagaimana saya bisa konsisten menulis. Jadi, untuk sementara ini di blog saya belum ada tema tertentu yang mendominasi. Semua tema saya suka, selama saya bisa menuliskannya. Mungkin setelah saya punya anak nanti, saya juga akan tambahkan tema keluarga di blog saya ini.

Kalau kamu, tema apa yang kamu suka tulis di blogmu?

20 November 2018

Day #1, Kenapa Harus Ngeblog?

Kenapa sih harus ngeblog?

Alasan pertama!
Hmm... untuk ngumpulin tulisan-tulisan saya! Haha. Sepertinya saya sudah beberapa kali menulis tentang saya sendiri disini ya. Seorang perempuan melankolis yang punya imajinasi tinggi dan melahirkannya dalam bentuk tulisan. Iya, bahkan obrolan ringan dengan teman pun terkadang bisa jadi ide untuk tulisan saya. Makanya saya sering bilang ke teman saya, apalagi teman baru, hati-hati cerita ke saya, nanti ceritanya bakal online, hehe.

Saya memang suka menulis sejak masih sekolah. Kebiasaan karena awalnya dikasih buku harian oleh ibu saya. Katanya untuk nulis cerita apapun yang dialami dalam sehari itu. Waktu itu sepertinya saya masih kelas 3 atau 4 SD. Jadi ya saya turuti saja. Saya ceritakan apa yang saya alami hari itu. Saya bermain, saya nangis karena diusili teman, saya senang karena rangking 1 di kelas, dan cerita apapun yang ingin saya tulis.

Sumber : Pixabay
Nah, sejak saat itu, saya gak bisa lepas dari buku harian. Kalau buku harian saya habis, saya akan membeli buku baru dan itu seperti rutinitas yang menyenangkan untuk saya sampai saya dewasa (setidakya sampai saya menikah). Makanya pas tahun kemarin beberes kamar, saya kumpulkan buku harian itu dan hasilnya adalah 1 kardus besar! Itu belum termasuk buku harian masa kecil saya yang gak tau kemana, mungkin sudah sobek dan dimakan rayap atau entah nyelip dimana.

Dari kebiasaan nulis buku harian itu, saya terbiasa untuk menulis pengalaman pribadi atau menuangkan pendapat saya lewat tulisan. Sekira lebih dari sepuluh tahun lalu, saya belum kenal yang namanya blog pribadi. Media sosial pun masih minim, paling hanya Frindster dan komunitas online yang saya punya. Jadi saya sesekali mengirimkan tulisan saya ke media itu. Yah, lumayan kan tersimpan di database dunia maya. 

Sampai akhirnya di tahun 2008 lalu, ada seorang teman yang mengajak saya membuat blog pribadi gratisan.
Itu awalnya saya punya blog pribadi, yeaayy! Dulu rasanya bangga sekali punya blog sendiri walaupun masih gratisan (sekarang juga masih gratisan, haha). Rasanya tuh seperti punya rumah yang kalau kita lelah di jalan, kita punya tempat kembali yang disana ada seseorang yang bersedia mendengar semua kisah kita. Awalnya sih saya malah gak tahu mau posting apa ya. Tulisan pertama saya ada disini.

Saya juga gak berfikir akan seperti apa blog saya, yang penting saya punya dulu. Jadi, saya posting macam-macam tulisan saya. Entah itu curhatan melow nan lebay, entah itu ocehan gak jelas, entah itu puisi, entah cerpen, apapun lah yang saya ingin tulis, ya saya tulis saja dan saya posting. Dulu sekali, blog saya itu amburadul. Ibaratnya saya baru punya rumah dan gak tahu harus menata barang ini itu dimana. Sekarang juga masih berantakan sih, tapi lumayan lah gak seamburadul yang dulu.

Kenapa sih harus ngeblog?

Alasan kedua!
Kalau saya ingin bisa menulis, saya harus konsisten menulis. Pernah lho, saya membiarkan blog saya kesepian, kosong melompong seperti rumah yang ditinggalkan penghuninya dalam waktu lama. Sampai saya merasa itu blog sudah ditumbuhi rerumputan yang tinggi dan berantakan. Pada akhirnya saya sadar dan seperti penghuni rumah yang ingin kembali, hehe.

Rupanya, punya blog cukup efekfif membuat saya terbiasa menulis. Saya mulai menata kembali blog saya. Mengelompokkan tulisan-tulisan saya dan membuatnya lebih rapi. Oh iya, saya gak pernah menghapus postingan lama blog saya. Walaupun itu tulisan bisa dibilang alay lebay sekarang, tapi saya tetap menghargainya. Itulah saya yang dulu dengan gaya yang dulu. Itu seperti proses, dari anak kecil, remaja, sampai dewasa (tapi tetap gak dewasa sampai sekarang, wkwk).

Baca juga : Klarifikasi Dari Saya

Kalau saya diundang menjadi pembicara untuk kelas menulis, saya selalu menyarankan peserta untuk punya blog. Apapun platformnya, kalau bisa punya blog. Saya akan bilang pada mereka, blog itu bisa digunakan untuk menyimpan tulisan-tulisan kita, bisa sebagai motivator untuk terus menulis, bisa untuk tempat berlatih menulis, dan bisa untuk menjaga konsistensi menulis. Kalau sudah begitu, dalam hati saya bilang, ini bukan untuk kalian saja, tetapi untuk saya juga.

Kenapa sih harus ngeblog?

Alasan ketiga!
Biar orang lain bisa baca tulisan saya, hehe. Iya, benar kan? Semenjak saya mulai merapikan blog saya, saya berjanji untuk akan mengisi blog ini dengan konten yang positif, sederhana, dan bisa diambil hikmahnya. Makanya sayang kan kalau tulisan dengan konten positif hanya disimpan di lemari berkunci yang orang lain tidak bisa membacanya? (kayak resep rahasia craby patty, hehe).

Memang, tidak selalu tulisan saya di blog ini penuh hikmah, tapi setidaknya saya bisa berbagi pengalaman untuk para pembaca. Kalau saya bepergian dan menceritakan perjalanan saya, siapa tahu ada informasi yang bisa diambil untuk orang yang ingin bepergian kesana juga. Kalau saya menulis resensi buku, siapa tahu orang lain ingin penasaran dengan buku itu dan jadi beli bukunya juga. Kalau saya menulis curhatan gak jelas, siapa tahu orang yang baca bisa tertawa dan itu artinya saya membuat orang lain bahagia kan? Hehe.

Yah, pada intinya saya punya banyak alasan untuk tetap punya blog dan merawatnya seperti saya merawat rumah tempat tinggal saya. Seperti yang saya bilang di awal tadi, saya merasa saya punya rumah dan disana ada seseorang yang siap mendengarkan semua kisah saya.

Kalau kamu? Kenapa harus ngeblog?