04 Agustus 2014

Ocehan Siang

Kita seperti aktor dan aktris dalam sebuah film. Memainkan sebuah peran dari skenario yang telah dibuat, yang tentu saja bukan kita pembuatnya. Kita hanya memainkan peran itu. Layaknya sebuah film, disana ada banyak mata yang menontonnya, mengikuti setiap episodenya, menyimak setiap adegan kita. Ada penonton yang pasif, yang hanya menonton dan sesekali melewati juga episode film kita. Mereka tak memberi komentar macam-macam, sesekali saja memberi semacam tanggapan tapi tetap tak bisa memaksa alur cerita film itu. Mereka berfikir ini hanya film saja, yang tentu saja skenarionya sudah dibuat dan difikirkan matang-matang oleh penulisnya. Tak mungkin berantakan.


Namun, ada juga penonton yang terlalu aktif, yang selalu saja berkomentar setiap kali kita memainkan peran. Mereka bisa menanggapi dengan ini dan itu. Seharusnya begini dan begitu. Tidak suka aktor ini, bersimpati dengan aktris itu. Selalu menyalahkan sikap para pemain jika adegannya tak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Padahal ia semestinya tahu, ada pembuat skenario yang lebih paham tentang alur ceritanya. Mereka sering sekali tak sabar untuk melihat akhir ceritanya hingga rela menghabiskan waktu hanya untuk menonton film itu.

Seandainya bisa memilih, mungkin kita akan memilih menjadi aktor dan aktris yang selalu terlihat baik memerankan tokoh sebuah film. Tapi kenyatannya kita hanya menuruti sebuah skenario tanpa bisa mengubah alur ceritanya. Kita ingin menjadi pangeran atau tuan putri, tapi kita dapati skenario kita sebagai rakyat biasa. Mau tak mau, tentu saja kita ikuti karena pasti sebuah skenario yang diangkat menjadi sebuah film, adalah skenario yang baik, yang bisa diambil hikmahnya untuk penonton.

Begitulah kita. Kita hanya bisa memerankan tokoh dalam film tapi penonton bisa melakukan banyak hal. Memuji, mencaci. Memberi simpati, membenci. Mereka akan tetap seperti itu sampai akhir episode. 

2 komentar:

Quni mengatakan...

Itu lah cobaan nya manusia, gelombang / arus yg dimaksud dalam kalimat "ikut arus" itu kdg malah menjerumuskan.

lia mengatakan...

makanya harus ada pegangan