24 Juli 2014

PENCARIAN ITU BELUM BERAKHIR DISINI

Kamu benar, kawan. Tentang pembicaraan kita siang itu. Kamu bilang kita harus berusaha. Tetap berusaha tanpa lelah sampai nanti kita bertemu dengan seseorang yang kita ingini. Kamu benar, kawan. Kita memang terikat takdir, tapi takdir itu ada disana, di Lauh Mahfudz. Seberapa besar usaha kita, itu juga yang akan menentukan takdir kita.

Kamu benar, kawan. Tentang siapa yang akan jadi pendamping kita, dialah cerminan kita. Kalau kita baik, seseorang yang akan datang pada kita pun adalah orang yang baik. Kalau kita buruk, seseorang yang akan datang pada kita pun jauh dari baik. Seperti sebuah permainan jungkitan. Tak akan pernah seimbang jika tidak sepadan.

Kamu benar, kawan. Tentang siapa yang menentukan takdir kita. Kita sendiri. Bagaimanapun, kita punya otak untuk berfikir, memilih siapa yang terbaik dari banyak pilihan yang ada di depan kita. Kita punya mata untuk melihat, seperti apa rupa seseorang yang akan kita pilih sebagai pendamping kita. Kita punya perasaan untuk meyakini, seberapa nyaman kita berada di dekatnya.

Kamu memang benar, kawan. Tentang fokus pada apa yang kita mesti cari. Kamu mencari, aku mencari. Tapi kita sepakat selera kita berbeda. Mungkin salah satu dari kita menganggap baik di satu sisi, tapi tidak di sisi lain. Mungkin salah satu dari kita menganggap aneh, tapi tidak pada yang lain. Mungkin itu yang kamu anggap sebagai proses.

Menakar dengan fikiranmu. Menimbang dengan instingmu. Mengira-ngira dengan perasaanmu. Dan ternyata akhirnya kamu benar. Kita yang menentukan takdir. Kita yang memilih. Kita yang akan menjalankan. Dan pilihan itu masih mencari kembali.

Kita bukan stasiun terakhir bagi pencarian kita.

2 komentar:

Quni mengatakan...

Beberapa hal yg bisa saya simpulkan adalah,selera, namun yg lebih penting itu fokusnya apa, generasi yg lebih baik, dan pasangan dunia akhirat. Bukan cuma pergantian status. CMIIW

lia mengatakan...

betul itu quni