16 Juli 2013

PEREMPUAN KADALUWARSA

 Beberapa waktu lalu, aku dan beberapa teman sekerjaku terlibat dalam obrolan ringan sepulang kerja. Obrolan biasa sih tapi entah kenapa masih terus terngiang dalam ingatanku. Tentang menikah. Lagi dan lagi. Maklum saja, kebanyakan dari kami memang belum menikah, khususnya yang perempuan. Jadi ya, harus terima jadi bahan perbincangan dan ledekan teman-teman yang sudah menikah.

Apalagi aku dan tiga orang teman perempuan yang memang usianya sudah bisa dibilang tidak muda lagi. Bahkan ada yang menyebut kami perempuan kadaluarsa! Hadeh... Kami sih cuek-cuek saja karena mau bagaimana lagi. Kenyataan memang tak bisa dipungkiri. Haha.

“Memang kamu gak pengen nikah?”

“Ya bukan gitu, kami perempuan kan hanya bisa menunggu. Masa kami yang harus jemput?”

“Ya, jaman sekarang mah gak apa-apa. Tapi kalau memang mau nunggu, berarti laki-lakinya itu harus ngerti bahwa dia itu sedang ditunggu dan harus segera jemput perempuannya.”

“Nah, betul itu, Pak.”

“Kalau laki-lakinya gak perngertian, itu namanya laki-laki tak berguna.” Semua orang yang mendengar itu langsung tertawa dan saling meledek.

“Haha. Kalau gitu, tinggalin aja. Untuk apa menunggu sesutau yang gak pasti.”

“Lho, kan kalau memang sudah ada hubungan serius, kita harus setia, Pak.”

“Yah, setia sih setia, tapi kalau gak pasti gimana? Keburu tua lho!”

“Itulah cinta, atas nama cinta, membutakan segala logika, haha.”
Hadeh... 

13 Juli 2013

OLEH-OLEH DARI BUKA PUASA BARENG

Ramadhan hari ke empat. Di tempat kerja baru saja mengadakan acara buka puasa bareng. Walaupun gak semua karyawan bisa ikut karena bermacam alasan, tapi suasana tetap ramai dan terasa puasa banget! Seperti biasa dan kebanyakan acara bukbar, di tempat kerjaku pun acara bukbar diawali dengan tausiah singkat. Dan kali ini, aku mencoba membaginya dengan kalian. Ya berbagi ilmu yang bermanfaat kan termasuk amal jariah, hehehe...
Aku terkesan dengan salah satu kalimatnya, begini :

“Ramadhan itu tamu agung. Tidak setiap orang bisa kembali bertemu dengan Ramadhan. Ketika sang tamu agung itu datang menghampiri kita, akankah kita abaikan begitu saja? Bayangkan ketika kita menjadi tamu bagi seseorang, lalu sang tuan rumah tidak menanggapi kita, mengabaikan begitu saja, mungkin kita akan berfikir ulang untuk kembali bertamu ke rumahnya.”

Benar. Maka gak heran kalau ada orang yang memasang target ibadah jauh lebih tinggi daripada target-target ibadah di bulan-bulan biasa. Misalnya saja tilawah Quran yang mungkin biasanya hanya ditargetkan khatam dalam waktu 3 bulan, pada bulan Ramadhan ditarget 5 kali khatam! Lha aku, di awal Ramadhan ini belum sampai mana-mana, hadehhh...

Yang gak kalah pentingnya adalah inti dari puasa itu sendiri. Memang puasa itu menahan lapar dan haus, tapi alangkah lebih baiknya juga menahan diri dari apapun yang bisa mencegah berkurangnya pahala puasa. Untuk yang ini, rasanya memang sulit sih. Sedikit-sedikit ngomongin orang. Sedikit-sedikit bisik-bisik. Sedikit-sedikit mau tau gosip. Sedikit-sedikit pasang telinga cari bahan rumpian. Aku sendiri memang sering terjebak begitu, hiks!

Jadi teringat kata-kata sang ustad. Puasa itu dibagi jadi 3 kategori. Pertama, puasanya orang umum. Puasa ya hanya menahan lapar dan haus saja. Kedua, puasanya orang yang menahan lapar, haus, dan menahan dari berkurangnya pahala puasa, misalnya itu tadi, gak gosip, gak ngomongin orang, gak dengar yang gak baik, gak lihat yang gak baik, dan lain-lain. Ketiga, puasanya orang yang mempuasakan hati juga. Jadi, bersitan niat untuk maksiat pun sudah bisa ditahan. Nah untuk yang terakhir ini hanya puasanya nabi dan para rasul deh J

Hm, jadi semangat nih jalani puasa. Sayang banget kan kalau sang tamu agung ini disia-siakan begitu saja? Bisa-bisa, Ramadhan gak kembali lagi bertandang ke rumah kita. Yuk, jadikan Ramadhan kali ini lebih baik, dan jauh lebih berharga dari Ramadhan tahun lalu.

RAMADHAN DATANG LAGI

Ramadhan datang lagi. Keberkahan pun menghampiri. Gak kerasa tamu agung ini bisa bertandang kembali. Ramadhan kali ini sudah berbeda kondisi. Jadi ingat ramadhan-ramadhan lalu. Empat tahun lalu, ramadhan datang ketika aku masih jadi mahasiswa tingkat akhir. Lagi sibuk-sibuknya penelitian. Dan saat itu ramadhan kujadikan moment paling berharga, waktunya menguntai permintaan yang paling kuinginkan. Aku begitu ingat aku ingin sekali cepat wisuda, hehe. Maklum, sudah lima tahun kuliah.

Ramadhan tiga tahun lalu, datang ketika aku sudah bekerja di Palembang. Ramadhan pertama tanpa keluarga karena aku harus tinggal jauh. Tapi, tetap ada yang berkesan karena aku dapat rumus KETAWA hasil dari mendengar kultum seusai tarawih bersama teman sekantor.

Ramadhan dua tahun lalu jadi ramadhan pertama ketika aku harus sendiri di kosan karena teman-teman kosan sudah menikah. Ramadhan pertama yang harus kujalani sendiri. Sahur sendiri, berbuka puasa sendiri, tarawih sendiri. Tapi pun begitu, ada saja hikmahnya. Aku jadi lebih mengerti bagaimana rasanya hidup sendiri; gak enak! :D

Ramadhan satu tahun lalu, aku sudah kembali ke Lampung. Belum bekerja lagi sih, tapi rasanya senang-senang saja karena dekat keluarga. Sahur dan berbuka puasa sudah kembali ramai, hehe. Oia, aku ingat juga ramdhan kemarin aku sedang sibuk-sibuknya daftar PNS, haha. Jadi daftar sana-sini, bolak-balik Lampung-Jakarta dalam kondisi puasa. Dan waktu itu aku begitu berharap yang terbaik. Apapun pekerjaan yang akan aku dapatkan, aku berharap itulah yang terbaik dari-Nya.

Sampai pada akhirnya, Ramadhan tahun ini datang lagi. Alhamdulillah aku masih dipertemukan kembali mengingat tidak semua orang bisa bertemu kembali dengan Ramadhan. Aku berharap Ramadhan tahun ini bisa jauh lebih baik dari Ramdhan-ramadhan tahun kemarin. Aamiin...

07 Juli 2013

Penggalan episode

Sesuatu terjadi lagi padaku. Membuat sakit lagi dalam hati. Ironis, dari orang yang sama yang dulu pernah membuatku nyaris tidak menyukainya. Dan setiap kali aku mengingat itu, rasanya aku menjadi seseorang yang jahat yang ingin memusuhi seumur hidupnya. Dan ketika aku ingin memusuhinya, kepalaku sakit memikirkan bagaimana itu akan terjadi. Dan akhirnya, kutenangkan lagi pikiranku hingga pikiran-pikiran jahat itu menghilang meski mungkin suatu saat mereka akan kembali ketika mungkin hatiku tersakiti lagi olehnya.

Aku biarkan ia merasa punya sedikit kesalahan padaku, untuk waktu yang lama. Aku hanya diam, memaafkan memang, tapi aku akan diam. Tak bicara ketika memang benar-benar penting untuk dibicarakan, atau menjawab pertanyaannya yang hanya ditujukan padaku. Dan seperti biasa, aku bukan orang yang mudah melupakan sesuatu yang menyakitiku. Aku akan biarkan ia mengendap dalam alam pikiranku, hingga ia menghilang dengan sendirinya. Aku akan sembunyikan dari orang lain, hingga hanya aku dan sang penciptaku saja yang tahu bahwa aku pernah tersakiti olehnya.

Aku diam, mencoba berfikir dan mengambil apa-apa yang baik saja dari apa yang terjadi. Mungkin dia benar, hanya caranya saja yang membuatku sakit. Fine!

Ooo

“Apa yang terjadi?”
“Aku baik-baik saja.”
“Diammu berbeda, Charlie. Diammu, diam tak ramah.”
Aku hanya tersenyum, kembali memperbaiki riasan wajah dan mengoleskan lipstik di bibirku. Kubiarkan Mary dan Lind menatapku. Mereka tak harus tahu.

03 Juli 2013

Begitu Suka Dengan Hujan


~Dan aku begitu suka dengan hujan. Saatnya mengumandangkan permintaan. Saat yang tepat untuk menguntai harapan~

~Dan Allah tahu apa yang aku butuhkan. Dia juga tahu kapan waktu yang tepat untuk mengabukan keinginan. Tak semua yang aku pikir baik itu, baik pula bagi-Nya. Maka aku harus sabar. Mungkin doaku terlalu ingin cepat ditunaikan, mungkin terlalu egois. Jadi kubiarkan saja apa yang ada sekarang~

~Dan hujan mengingatkanku akan banyak hal. Tentang ruang rindu jaman dulu (aku selalu menertawakan hal ini). Tentang suatu malam di kereta (sebenarnya aku begitu ingin melupakan ini). Tentang sajak-sajak bersama Fa (kadang aku ingin dia ada disini). Tentang kegalauan senja di teras kamar waktu itu (dia bilang ini hujan paling indah). Tentang dia (dan kau tahu siapa dia). Begitu banyak. Begitu indah~