21 Juli 2011

Sepi Sendiri (sebuah novel)

Judul buku    : Sepi Sendiri
Penulis          : Fakhira Akasia
Penerbit         : Tunas Gemilang Press
Tahun terbit   : 2011
Tebal              : 100 halaman
Harga            : Rp 20.000,-

Pernahkah kalian terperangkap pada kesunyian yang sebelumnya belum pernah kalian kenal? Atau pernahkah kalian merasa kehilangan seseorang atau sesuatu yang sebenarnya memang tidak pernah kalian miliki? Atau pernahkah kalian hanya mengenal seseorang dari fisik dan tingkahnya saja, tanpa pernah mengenal apa yang sebenarnya ada dalam hatinya?

Terkadang dalam hidup, memang kita dihadapkan pada berbagai masalah. Tidak jarang masalah itu membuat seseorang terlihat begitu pias dan dingin, terlihat tak ingin diganggu dan sibuk dengan dunianya sendiri tanpa peduli bahwa ada orang lain yang sedang memperhatikannya.

Inilah novel yang menyajikan semua kasus itu. Berkisah tentang persahabatan dua orang dengan karakternya masing-masing. Akasia, seorang laki-laki yang sebenarnya biasa-biasa saja dan tidak terlalu istimewa, namun rupanya ia mampu mendalami sisi kehidupan Aura yang luput dari pandangan orang lain.

Aura, seorang perempuan dingin dan misterius. Seorang perempuan yang seolah memiliki dunianya sendiri. Dunia yang hanya bisa ia nikmati sendiri, tanpa berbagi. Namun, Akasia lah yang mampu memasuki kehidupannya nyaris sempurna, bahkan melebihi orang tuanya. Kejadian-kejadian yang tak biasa telah memberi warna pada jalinan persahabatan dua orang ini.


OOO

Aku mengenal Fakhira. Ini novelnya yang pertama, dan ia berhasil menyelesaikannya! Membuatku iri karena ia mengalahkanku (hehe lebay!). Kalau sudah mulai membaca novel ini, kayaknya gak bisa ditunda untuk langsung menyelesaikannya deh. Mau coba?:)

19 Juli 2011

Sayembara Menulis Puisi Nasional Forum Sastra Bumi Pertiwi 2011

Dalam rangka memperingati dan menyemarakkan HUT RI yang ke 66, Forum Sastra Bumi Pertiwi (FSBP) mengadakan sayembara menulis puisi dengan tema “PAHLAWAN ”
Tema: PAHLAWAN
Pahlawan di sini diartikan secara lebih luas, tidak terfokus pada pahlawan yang berjuang pada masa penjajahan Belanda, tetapi lebih kepada pemaknaan kata “Pahlawan” itu sendiri. Ayah, ibu, guru, presiden, petani, pedagang, nelayan, TKW, bahkan buruh yang berjuang demi menghidupi keluarga pun dapat diartikan sebagai pahlawan.
Syarat lomba :
1. Peserta adalah warga Negara Indonesia tanpa batasan usia
2. Naskah berbahasa Indonesia, diketik di kertas kuarto, spasi 1, font Times News Roman, ukuran 12
3. Panjang naskah antara 50 hingga 300 kata
4. Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran atau hasil plagiat
5. Naskah belum pernah dipublikasikan di media manapun dan tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain
6. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah puisi
7. Sertakan biografi singkat penulis (Max 100 kata), no Hp, email dan alamat rumah di bagian akhir naskah
8. Setiap puisi /setiap judul naskah yang diikutsertakan wajib membayar uang pendaftaran RP 10.000,-
9. Uang pendaftaran ditransfer ke Bank BRI No. Rekening : 5412-01-013576-53-1 atas nama Abdur Rahim.
10. Bukti transfer discan atau difoto, lampirkan beserta naskah puisi, lalu kirim ke email: puisifsbp@yahoo.co.id
11. Format subject (Nama Penulis-Judul Naskah). Contoh: Agus Santosa-Pahlawan Kemerdekaan
12. Karya peserta diterima panitia paling lambat tanggal 17 Agustus 2011
13. Pemenang diumumkan paling lambat pada tanggal 15 September 2011 di blog FSBP http:// forumsastrabumipertiwi.blogspot.com atau Facebook : Forum Sastra Bumi Pertiwi (Page dan Group)
14. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
Hadiah:
Pemenang 1 uang tunai Rp 2.000.000,- + piagam penghargaan
Pemenang 2 uang tunai Rp 1.000.000,- + piagam penghargaan
Pemenang 3 uang tunai Rp 500.000,- + piagam penghargaan
5 pemenang harapan mendapat paket buku + piagam penghargaan
50-100 karya terbaik akan dibukukan dan didistribusikan nasional
Seluruh peserta mendapat piagam penghargaan dalam format JPEG
Dewan juri
1. Drs. Suyatno Iswandi
2. Melinda Suzana, Mpd
3. Drs. Zakaria Harahap
Contact person: Rahmad Yulianto 083187879438

18 Juli 2011

LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR) 2001

LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR) 2001
ROHTO – MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
deadline: 21 September 2011
Hadiah Total Rp 95 Juta
Syarat-Syarat Lomba
1. Lomba ini terbuka untuk pelajar SLTP (Kategori A), SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia atau mereka yang sedang studi/bertugas di luar negeri
2. Lomba dibuka 21 April 2011 dan ditutup 21 September 2011 (stempel pos)3. Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek serta aneka rona kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, kekecewaan, harapan, kegagalan, cita-cita, persahabatan, pengalaman unik, petulangan maupun perjuangan hidup)
4. Judul bebas, tetapi mengacu pada tema Butir 3
5. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul. Judul boleh menggunakan bahasa asing
6. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan indah (literer). Bahasa daerah, bahasa prokem, bahasa gaul dan bahasa asing boleh digunakan untuk dialog (bukan narasi)
7. Naskah yang dilombakan harus asli, bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasikan
8. Ketentuan naskah:
1. Ditulis di atas kertas ukuran kuarto atau A-4, ditik berjarak spasi 1,5 spasi, huruf 12 font Times New Roman, margin kiri-kanan rata maksimal 3Cm
2. Panjang naskah 6 (enam) – 10 (sepuluh) halaman, diprint 3 (tiga) rangkap (copy) disertai file dalam CD
3. Naskah disertai sinopsis, biodata singkat pengarang dan foto dalam pose bebas ukuran postcard. Lampiran lainnya: Fotocopy KTP/SIM atau Kartu Pelajar/Mahasiswa dan Kartu Keluarga (pilih salah satu)
4. Setiap judul naskah yang dilombakan wajib dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis atau saja atau segel SELSUN jenis apa saja
5. Naskah yang dilombakan beserta lampirannya dimasukkan ke dalam amplop tertutup, cantumkan tulisan PESERTA LMCR-2011 sesuai dengan kategorinya pada bagian kanan atas amplop
6. Naskah dan persyaratan (Butir e) dikirim ke alamat:
Panitia LMCR-2011 ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau, Sentul City
Bogor 16810 – Jawa Barat

1. Hasil lomba diumumkan 15 Oktober 2011 melalui website: www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
2. Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
3. Naskah yang masuk ke Kotak Pos Panitia LMCR-2011 menjadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarangnya
4. Informasi lebih lanjut silakan e-mail ke: lmcr.kelima@gmail.com
Hasil Lomba dan Hadiah Untuk Para Pemenang
Pajak hadiah para pemenang ditanggung PT ROHTO Laboratories Indonesia
Kategori A (Pelajar SLTP)
• Pemenang I – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
• Pemenang II – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• Pemenang III – Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 5 (lima) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 15 (lima belas) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1 (satu) Unit TV
Kategori B (Pelajar SLTA)
• Pemenang I – Uang Tunai Rp 5.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
• Pemenang II – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• Pemenang III – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 5 (lima) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 15 (lima belas) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 50 (lima puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1(satu) Unit TV
Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)
• Pemenang I – Uang Tunai Rp 7.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
• Pemenang II – Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• Pemenang III – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 20 (dua puluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dariPT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
• 200 (dua ratus) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
Seluruh pemenang mendapat Antologi LMCR-2011 dan Buku TELAGA INSPIRASI MENULIS FIKSI karya Naning Pranoto
sumber: http://www.rayakultura.net/2011/04/lmcr-ke-6-tahun-2011-lomba-menulis-fiksi-paling-bergengsi/

09 Juli 2011

ROADSHOW TO SOUTH SUMATERA

Aha! Jalan-jalan lagi ke tempat-tempat menarik yang ada di belahan kecil dari negeri kita, Indonesia. Kali ini semacam road show sepanjang daerah Sumatera Selatan.

Perjalanan diawali dari kota Palembang, tempat aku tinggal sekarang. Suasana pagi yang masih sejuk membuatku sangat bersemangat mengawali perjalanan yang kata ketua rombongan sih akan melewati beberapa kampung kecil yang masih sangat alami.Sebenarnya tujuan perjalanan kami adalah ke Lubuk Linggau, sekitar 8 jam perjalanan dengan kereta api dari Palembang. Melewati daerah Sekayu, tak ada yang terlalu istimewa dengan topografinya kecuali jalan raya yang kecil dan dikelilingi oleh hutan. Aku bisa bayangkan kalau melewati jalan ini pada malam hari, pasti akan sangat-sangat gelap!
Kami sampai di Lubuk Linggau sekitar pukul 17.00. Kelelahan selama dalam perjalanan terbayar dengan suasana yang bisa kubilang unik. Perumah
an tempat kami bermalam –kami bermalan di rumah kerabat- masih dalam tahap pembangunan. Yang uniknya, masih ada sungai di belakang perumahan itu! Karena air sumur disana memang agak keruh, maka orang-orang sana lebih senang mandi dan mencuci pakaian di sungai.
Untuk mencapai sungai itu, kami harus berjalan kaki sekitar 10-15 menit dari perumahan. Kerikil kecil dan batu sungai yang bertebaran di sepanjang jalan, membuat kakiku serasa diterapi. Di kanan-kiri jalan setapak itu masih tumbuh pohon-pohon perdu dan tumbuhan paku-pakuan. Belum lagi suara burung dan jangkrik yang saling bersahut. Asli alami banget! 

Dua hari mandi di sungai rasanya tubuh benar-benar segar. Air sungai yang mengalir melewati celah-celah batu besar menciptakan riak-riak air yanng menjadi semacam spa air bagi tubuhku. Hm, betapa ingin berlama-lama disana.

Sebenarnya ada beberapa tempat wisata di Lubuk Linggau, tapi kami hanya sempat ke salah satu tempat wisata yang cukup terkenal disana. Water Vank, sekitar 15 menit bermobil dari pusat kota. Kalau biasanya tempat wisata itu ditunggui oleh beberap petugas, banyak tempat-tempat terawat, dan ada semacam loket untuk pengunjung yang datang, maka di Water Vank ini tidak ada. Tempat ini hanya sebuah bendungan air dari sungai yang mengalir. Salah satu objek yang menarik disini adalah jembatan gantung yang terbuat dari kayu dan dicat warna biru. Sayangnya, jembatan ini tampaknya tidak terawat dengan baik sehingga banyak bilah-bilah papannya yang patah dan rusak.

Kalau saja aku bisa libur beberapa hari dari aktivitas kerja sehari-hari, aku pasti masih betah berlama-lama di Lubuk Linggau. Sayangnya, aku harus kembali beraktivitas di Palembang. Makanya dua hari di Lubuk Linggau sementara sudah cukup untuk sekedar singgah melihat panorama alam disana.

Saatnya pulang ke Palembang. Kali ini, kami tidak lagi melewati Sekayu seperti pada keberangkatan kami sebelumnya. Kami melewati daerah Empat Lawang, Lahat, dan Pagar Alam.

Rupanya, jalan yang kami lewati jauh lebih berkelok-kelok daripada jalan di daerah Sekayu. Asli bikin kepala pusing dan perut mual. Jalan raya yang kecil dan di kanan-kirinya masih hutan dan jurang curam membuat mobil kami harus berjalan lebih lambat. Dari satu kampung ke kampung lain dibatasi oleh hhutan yang masih sangat alami.

Ada yang unik di Kabupaten Musi Rawas. Walaupun rumah-rumah disini masih sangat
tradisional –berupa rumah panggung dan terbuat dari papan- namun hampir di setiap rumah memasang antena parabola. Kata teman-teman serombongan sih karena di wilayah ini tidak dapat sinyal televisi pada umumnya. Ow, ow! Pemandangan yang kudapat jadi terlihat unik, seperti bunga raksasa transparan yang tumbuh berjejer di sepanjang jalan!

Di Lahat, lain lagi keunikannya. Disini terdapat sebuah gunung yang menurutku mirip candi Borobudur. Tapi, kata orang-orang sih bentuknya mirip telunjuk.
Makanya gunung itu disebut Gunung Telunjuk. Salah satu temanku yang ikut pula dalam rombongan menceritakan asal usul gunung itu. Konon katanya pada zaman dahulu kala, ada pertemuan gunung dari semua pulau di Indonesia, yah semacm rapat begitu. Ketika tiba giliran absen, gunung dari daerah Lahat ini mengacungkan telunjuknya. Maka jadilah ia gunung Telunjuk. Asal usul yang benar-benar asal! Hehe..