16 Oktober 2010

MERIT... MERIT... MERIT...



Terkadang kita diuji dengan ujian yang kita biasa-biasa, tapi ada pula ujian yang menurut kita luar biasa. Ada ujian dengan sakit, dengan senang, dengan sedih, dengan tangis. Macam-macam lah pokoknya.

Entah kenapa akhir-akhir ini, aku punya tekad untuk segera menikah. Mungkin karena memang sudah waktunya kali ya… hehe. Mengingat umurku yang sudah tak lagi remaja (sok tua, hahay!). Belum lagi beberapa waktu yang lalu, adikku sudah menyatakan ingin menikah pula. Waduh… bukan aku tak rela untuk dilangkahi kalaupun akan dilangkahi olehnya, tapi orang tuaku lah yang tak ingin aku dilangkahi (baik banget kan mereka membelaku… hehe).

Bagiku, masalah menikah bukanlah masalah sepele yang bisa diselesaikan hanya dengan membalikkan telapak tangan saja. Kukatakan pada adikku itu, bahwa menikah bukan saja menyatukan dua hati, tapi menyatukan dua keluarga besar yang tentu saja mempunyai latar belakang yang berbeda. Sebenarnya ini nasehat untuk diriku sendiri. Tapi karena aku diposisikan sebagai kakak yang diamanahkan untuk memberi wejangan untuk adikku, maka aku harus bersikap benar-benar dewasa dan seolah-oleh sudah mengerti tentang seluk beluk dunia pernikahan.

Yup! Menikah memang tidak gampang. Perlu banyak belajar dari orang tua (jiaaahhh…). Menyatukan dua hati mungkin mudah, tapi menyatukan dua keluarga besar dengan latar belakang yang berbeda tentu tidak mudah. Kesiapan untuk menikah juga harus benar-benar diuji. Apa saja kewajiban istri terhadap suami, dan apa juga kewajiban suami terhadap istri. Bagaimana mengelola rumah tangga, anak-anak yang nanti akan hadir, keuangan yang harus dibagi untuk keperluan yang tidak sedikit. Dan bla… bla… bla…

Tapi, kalau hanya memikirkan itu-itu saja dan takut untuk melangkah, kapan bisa majunya? Maka ketika usia-usia rawan sepertiku (waduh…) mungkin sudah saatnya ya untuk segera menunaikan amanah sebagai seorang istri (hyaaa… mendengarnya saja aku sudah gimana gitu, hahaha…). Teman-temanku juga sudah banyak yang memberiku mengundangku ke resepsi pernikahan mereka. Lha aku kapan?? 

Tapi, aku kembali berfikir. Alloh itu Maha Baik kok. Dia akan memberikan segala hal yang terbaik menurut-Nya kepada hamba-Nya selama hamba-Nya itu berprasangka baik terhadap Alloh. Jikalau saat ini aku belum diberi-Nya seorang suami, mungkin menurut-Nya aku belum siap untuk memikul tanggung jawab itu. Atau bisa jadi, Dia sedang memilihkanku seseorang yang terbaik (huhuy!).

Pada intinya adalah, selalulah berprasangka baik terhadap Alloh pada setiap keadaan. Okeh, fren? 
Selamat menanti teman seperjuangan! :-D

3 komentar:

Anonim mengatakan...

lalu bagaimana dengan dia?

lilih muflihah mengatakan...

aku kok jd mules y? hehe

lia mengatakan...

mb lilih : knp mb? waduh maaf nih ya gak ikutan... aku nulis bukan mau buat dirimu mules.. hehehe

anonim : dia siapa?